Kenaikan Imbal Hasil Treasury, Komentar Powell Picu Penurunan Bursa AS

Nur Hana Putri Nabila
10 November 2023, 06:22
bursa saham as, saham, bursa as, wall street
Pixabay/Rabbimichoel
Ilustrasi New York Stock Exchange.

Bursa saham di Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Kamis (9/11), menghentikan kenaikan beruntun terpanjang untuk Nasdaq dan S&P 500 dalam dua tahun terakhir.

Hal tersebut karena imbal hasil treasury atau surat utang pemerintah AS naik setelah lelang obligasi bertenor 30 tahun yang dianggap mengecewakan, serta komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell terkait kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan.

Powell dalam komentarnya menyatakan, para pejabat bank sentral "tidak yakin" apakah suku bunga saat ini sudah cukup tinggi untuk mengendalikan inflasi. Kemungkinan besar mereka tidak akan melihat banyak bantuan untuk pengendalian inflasi dari peningkatan pasokan barang, jasa, dan tenaga kerja.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 220,33 poin atau 0,65%, menjadi 33.891,94. S&P 500 kehilangan 35,43 poin atau 0,81%, menjadi 4.347,35, dan Nasdaq Composite terkoreksi 128,97 poin, atau 0,94%, menjadi 13.521,45.

Sebelum komentar Powell, harga saham sedikit turun sebab imbal hasil obligasi naik akibat hasil lelang obligasi treasury 30 tahun yang kurang memuaskan. Dengan permintaan utang hanya sekitar 2,24 kali lipat dari obligasi yang ditawarkan US$ 24 miliar. Imbal hasil obligasi treasury 10 tahun tercatat naik 12,8 basis poin menjadi 4,636%.

Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities di New York, Peter Cardillo menyebut Powell mengambil sudut pandang hawkish lagi. Dia mengklaim Powell telah meyakinkan pasar bahwa perang melawan inflasi belum selesai. Jika kondisi ekonomi memungkinkan, bank sentral tidak akan ragu untuk meningkatkan suku bunga kembali.

"Jika Anda menjumlahkan semua pernyataannya, Powell mengatakan kepada pasar untuk tidak terlalu berpuas diri dan hal ini memberikan tekanan pada saham,” kata Cardillo dikutip dari Reuters, Jumat (10/11).

Sementara saham-saham menguat seiring dengan data ekonomi yang menunjukkan perlambatan, termasuk laporan gaji bulanan, dan karena imbal hasil obligasi AS turun dari level tertinggi beberapa tahun. Hal ini diiringi pandangan bahwa pertemuan kebijakan terakhir The Fed menandakan akhir dari siklus kenaikan suku bunga.

Meskipun Wall Street mengalami reli kuat minggu lalu, tetapi laju kenaikan saham melambat. Pada Kamis (9/11), terjadi penurunan yang menghentikan rangkaian kenaikan selama delapan sesi berturut-turut untuk S&P 500 dan sembilan sesi berturut untuk Nasdaq, yang merupakan yang terpanjang sejak November 2021.

Di sisi lain, ekuitas telah menguat karena data ekonomi yang melunak, termasuk laporan gaji bulanan. Hal itu karena imbal hasil obligasi AS turun dari level tertinggi beberapa tahun di tengah pandangan bahwa pertemuan kebijakan terakhir The Fed mengisyaratkan bank sentral telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya.

Sedangkan menurut FedWatch Tool CME Group sebagian besar pedagang bertaruh bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah tahun ini, bahkan setelah komentar Powell. Akan tetapi sekarang melihat penurunan suku bunga mulai akhir tahun 2024.

Semua 11 sektor utama di S&P menurun, dengan penurunan yang paling signifikan terjadi di sektor perawatan kesehatan dan sektor diskresioner konsumen, masing-masing merosot sekitar 2%.

Jumlah saham yang terkoreksi melebihi jumlah saham yang naik, dengan rasio sekitar 2,7 banding 1 di NYSE, dan rasio sekitar 2,8 banding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatat 19 level tertinggi baru dalam 52 minggu dan 12 level terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 47 level tertinggi dan 321 level terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,36 miliar saham, melebihi rata-rata harian sekitar 10,97 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...