Sinarmas Sebut TLKM dan ASII Jadi Penggerak Indeks di Tahun Politik
Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy memproyeksikan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) akan menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 mendatang. Saham kedua perusahaan itu merupakan saham blue chips atau saham unggulan yang memiliki kinerja keuangan solid, bertumbuh, dan memiliki reputasi baik di pasar.
Selain itu, Isfhan menilai saham-saham ini juga cenderung memiliki pergerakan harga yang stabil di pasar sehingga diminati oleh para investor.
Dari sisi sektoral, Isfhan juga memprediksi bahwa sektor yang akan dominan menjadi pendorong IHSG akan tetap berasal dari sektor perbankan. Namun, jika melihat dari bobot yang paling besar terhadap IHSG, saham sektor konsumer seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berpeluang memimpin.
“Kalau kita bicara penggerak indeks itu harusnya banking ini menjadi yang terdepan dan terus penguat IHSG,” kata Isfhan dalam Monthly Market Outlook: Melihat Peluang Investasi di Sektor Pilihan Tahun 2024 yang berlangsung secara virtual, Selasa (5/12).
Memasuki tahun politik, Isfhan menilai perkembangan tensi politik tidak akan banyak berpengaruh ke pasar saham Indonesia. Hal itu disebabkan investor akan lebih kokus terhadap kinerja dari emiten masing-masing calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Ia menegaskan apapun yang terjadi di tahun politik, ekonomi tetap akan berjalan dengan baik.
“Jadi, sebenarnya political year itu bisa dibilang kita jangan terlalu mengkhawatirkan tensi politik. Fokuslah terhadap emiten dibandingan dengan kondisi politik,” ujar Isfhan.
Sementara itu, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan, sipapun presidennya, asalkan kondisi politik bisa tetap stabil, IHSG tidak akan banyak berubah. Jika nanti IHSG mengalami koreksi, itu hanya penyesuaian dari para investor sehingga penurunan IHSG tidak akan terlalu dalam.
Penurunan itu bahkan bisa menjadi peluang bagi investor untuk menyerok saham-saham pilihannya yang harganya sudah di bawah harga wajar. “Kalau market turun, itu malah waktu terbaik untuk kita ambil saham-saham yang kondisi fundamentalnya murah,” ujar Ike.