34 Tahun Jadi Emiten, Produsen Rokok Bentoel Resmi Hengkang dari BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menghapus pencatatan alias delisting saham emiten produsen rokok PT Bentoel Internasional Investama Tbk mulai perdagangan hari ini, Selasa (16/1).
Bentoel yang memiliki kode saham RMBA itu sudah melantai di bursa sejak tahun 1990 alias hampir 34 tahun. Bentoel juga menjadi produsen rokok kretek pertama yang terdaftar sebagai perusahaan publik.
“Bursa menyetujui penghapusan pencatatan efek perseroan dari Bursa Efek Indonesia efektif pada Selasa, 16 Januari 2024," tulis Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I Rina Hadriyani dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Pande Made Kusuma Ari A dalam keterangannya, dikutip Selasa, (16/1).
Dengan dicabutnya status perseroan sebagai perusahaan tercatat maka perseroan tidak lagi memiliki kewajiban sebagai perusahaan tercatat. BEI juga akan menghapus nama perseroan dari daftar perusahaan tercatat yang mencatatkan sahamnya di Bursa.
Dalam hal perseroan akan kembali mencatatkan sahamnya di BEI, maka proses pencatatan saham dapat dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Sebagai informasi, rencana delisting Bentoel Internasional Investama telah direncanakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Saat ini, Bentoel Group merupakan bagian dari British American Tobacco (BAT) yang merupakan perusahaan tembakau global dengan jaringan di lebih dari 180 negara. Hal ini memungkinkan Perusahaan untuk menambahkan brand global Dunhill dan Lucky Strike ke dalam portofolionya.
Selain memproduksi tembakau, perusahaan juga melakukan kegiatan usaha kelas dunia, meliputi riset dan pengembangan, pemrosesan daun tembakau dan cengkih, manufaktur produk tembakau, termasuk pemasaran dan distribusinya.
PT Bentoel Internasional Investama Tbk melakukan penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) sebanyak 1,2 juta lembar atau sekitar 31,57% pada 5 Maret 1990 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Nilai nominal sahamnya Rp 1.000 dengan harga penawaran Rp 3.380 per lembar, sehingga total nilai IPO Rp 4,06 miliar.
Setelah IPO, Bentoel mengalami sejumlah masalah keuangan. Namun pada 1991, Rajawali Group mengulurkan tangan dengan mengambil alih saham Bentoel dan mengubah nama perusahaan itu menjadi Bentoel Group. Berkat manajemen baru inilah, Bentoel mampu menuntaskan utang dan kemudian beralih menjadi PT Bentoel Prima.
Kemudian pada 17 Juni 2009, BAT resmi mengakuisisi 99% saham Bentoel dari tangan Rajawali Corpora, setelah BAT menjadi pemilik minoritas di Bentoel sejak 2000. Setelah diakuisisi oleh BAT, pada 1 Januari 2010 Bentoel melakukan penggabungan usaha atau merger dengan PT BAT Indonesia Tbk (BATI), entitas anak BAT lainnya.
Bentoel dipercaya sebagai entitas yang menerima penggabungan, sedangkan BATI bubar demi hukum. Dalam penggabungan usaha ini, seluruh aset dan liabilitas BATI telah beralih kepada Bentoel.
Meski menghapus saham dari pasar modal, BAT selaku pengendali Bentoel tetap berkomitmen untuk memiliki bisnis jangka panjang dan terus berinvestasi di Indonesia.