Harga Saham Bank Kakap Terus Turun, Bagaimana Prospek ke Depannya?
Saham bank kakap di Indonesia tengah mengalami penurunan harga secara berturut akhir – akhir ini. Pada pembukaan perdagangan saham, Kamis (25/1) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpantau harganya masih dalam tren menurun.
Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy mengatakan, saat ini tengah terjadi konsolidasi di industri perbankan khususnya terkait suku bunga dan kebijakan penyaluran kredit. Hal itu belum ditambah sentimen geopolitik, serta ketidakpastian politik dalam negeri jelang Pemilu dan Pilpres 2024. Akan tetapi, ia menyebut bank kakap masih sangat layak dimiliki investor sebagai salah satu pilihan investasi.
Menurut Robertus, penurunan saham bank saat ini merupakan hal yang lumrah. Hal itu mengingat harga saham bank yang sudah naik tinggi pada periode awal November 2023 sampai awal Januari 2024 hingga sentuh rekor tertinggi baru. Ia pun menyebut meskipun ada konsolidasi dalam jangka pendek, namun prospek bank dalam jangka panjang dianggap masih positif. Terutama dengan adanya kestabilan suku bunga dan profitabilitas yang masih solid.
“Menurut kita masih layak karena selama suku bunga masih tinggi kan net interest marjinnya juga profitability masih tinggi juga,” kata Robertus kepada wartawan di Jakarta, dikutip Kamis (25/1).
Adapun dalam jangka pendek, lanjut Robertus, bank besar diperkirakan masih akan menghadapi tekanan. Hal itu terutama dengan adanya pengumuman laporan keuangan kuartal empat 2023. Di sisi lain dividen yang diberikan oleh empat bank kakap tergolong cukup besar. Sebut saja BBCA dengan potensial dividen final dengan yield 2,7%, BBRI 4,2%, BMRI 5,1%, dan BBNI 5,1%.
“Jadi mungkin yang kita nantikan adalah penurunan suku bunga itu yang bisa menjadi katalis selanjutnya,” ucap Robertus.
Di samping itu, pada perdagangan saham pagi ini pukul 09.00 WIB, BBCA dibuka melemah 0,79% ke harga Rp 9.450. Selain itu, BBRI juga merosot 1,33% menjadi Rp 5.575 dan BMRI terkoreksi 0,78% ke level Rp 6.350 per lembar saham.