Wall Street Pulih Usai Rontok karena Aksi Jual Efek Pernyataan The Fed
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) kompak naik pada penutupan perdagangan Kamis, (1/1). Dow Jones Industrial Average terkerek setelah mengalami tekanan jual yang cukup besar akibat aksi jual sebelumnya usai pernyataan Bank Senteral AS, The Federal Reserve.
Keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga dan menunjukkan kemungkinan kecil untuk pemangkasan suku bunga pada Maret mendatang sempat membuat anjlok pasar pada Rabu (31/1). Namun, pasar kembali pulih pada Kamis (31/1).
Dow Jones, yang terdiri dari 30 saham unggulan, meningkat sebesar 369,54 poin atau 0,97%, mencapai penutupan tertinggi baru di 38.519,84. Kinerja ini berhasil memangkas kerugian yang terjadi sehari sebelumnya.
Indeks S&P 500 juga melesat 1,25%, mencapai 4.906,19, sedangkan Nasdaq Composite menguat 1,3% dan ditutup pada 15.361,64.
Perhatian investor juga tertuju pada laporan keuangan. Tiga dari “Magnificent Seven” melaporkan hasil setelah penutupan pasar. Magnificent Seven adalah istilah yang merujuk pada tujuh perusahaan besar dan berpengaruh di pasar keuangan.
Saham Apple, produsen iPhone, mengalami kenaikan lebih dari 1%, memberikan dorongan positif bagi indeks S&P 500 secara keseluruhan. Saham Amazon, raksasa e-commerce, melesat sebanyak 2,6%, sedangkan saham induk Facebook, Meta, naik 1,2%.
Sebelum pembukaan pasar, Merck, perusahaan farmasi, melaporkan kinerja kuartal keempatnya yang positif. Kinerja cemerlang itu mengangkat Dow Jones hingga menanjak lebih dari 4%.
Wall Street bangkit setelah mengalami hari yang buruk pada Rabu (31/1). Dow Jones turun 317 poin atau 0,8%, mencatat hari terburuknya sejak Desember. S&P 500 juga turun 1,6% pada Rabu (31/1), mencatat performa terlemahnya sejak September. Sementara itu, Nasdaq Composite anjlok 2,2%, mencatat sesi terburuknya sejak Oktober.
Penurunan pada hari Rabu terjadi setelah Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, dalam konferensi perse setelah pertemuannya, mengecewakan harapan investor. The Fed mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga pada bulan Maret tidak akan terjadi secara cepat, sehingga ekuitas pun menurun.
"Saya pikir pasar telah melampaui batas, dengan memperkirakan penurunan suku bunga lebih banyak lagi, karena akan dikaitkan dengan ekonomi yang jauh lebih lemah jika mereka memangkas sebanyak mungkin seperti yang diperkirakan pasar saat ini," kata Torsten Slok, Kepala Ekonom Apollo Global Management, dikutip CNBC pada Jumat (2/2).
Seiring dengan hal itu, imbal hasil obligasi terus merosot, dengan Treasury 10 tahun mencapai level terendah satu bulan. Patokan tersebut terakhir turun 9 basis poin menjadi 3,87%. Para investor kini akan memfokuskan perhatian mereka pada laporan pekerjaan pertama tahun ini yang akan dirilis pada Jumat pagi.