Bursa Wall Street Menguat, Terangkat Saham Lyft, Nvidia dan Alphabet

Nur Hana Putri Nabila
15 Februari 2024, 08:26
saham
Unsplash.com
Ilustrasi bursa Wall Street, New York Stock Exchange, Amerika Serikat
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup naik pada perdagangan Rabu (14/2) karena peningkatan kinerja sejumlah saham. Padahal, bursa saham ini sempat anjlok akibat kekhawatiran pasar terhadap inflasi AS yang tinggi.

Indeks S&P 500 tercatat naik sebesar 0,96% dan ditutup pada level 5.000,62. Sementara Nasdaq Composite menguat 1,3% dan menetap di 15.859,15. Dow Jones Industrial Average juga meningkat sebanyak 151,52 poin atau 0,4%, ditutup pada 38.424,27.

Di samping itu, saham Lyft meroket 35% setelah mencatat pendapatan kuartal keempat yang melampaui perkiraan. Meskipun Airbnb berhasil mengalahkan ekspektasi pendapatan pada kuartal terakhirnya, namun saham perusahaan tersebut merosot sebesar 1,7%.

Kemudian saham Nvidia melesat hampir 2,5% hingga menyebabkan kapitalisasi pasar produsen chip ini melampaui kapitalisasi pasar dari anggota.

Saham teknologi dengan kapitalisasi besar atau magnificent 7 lainnya adalah Alphabet. Kenaikan saham Alphabet terjadi usai Nvidia turun sekitar 0,2% pada hari Selasa (13/2). Hal ini seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS memengaruhi saham-saham teknologi menjadi negatif.

Sebelumnya, pada hari Selasa (13/2), Dow Jones, yang terdiri dari 30 saham turun lebih dari 1% hingga mencatatkan indeks terburuk sejak Maret 2023. S&P 500 dan Nasdaq Composite juga merosot lebih dari 1%.

Inflasi Picu Aksi Jual di Pasar

Hal ini dipicu oleh angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi. Dengan demikian memicu aksi jual sebab pasar khawatir Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) mungkin tidak akan memangkas suku bunga secepat yang mereka harapkan.

Menurut Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall, pasar saat ini berada pada tingkat kelebihan pembelian, namun belum mencapai tingkat kelebihan penjualan.

Meskipun terdapat beberapa potensi kerentanan dalam waktu dekat, yang memicu koreksi, Stovall menyebut tidak ada indikasi bahwa pasar akan mengalami penurunan lebih dari 10%.

"Saya pikir ini adalah kemunduran yang lebih korektif yang diperlukan sebelum kita dapat melanjutkan kenaikan," kata Sam Stovall dikutip CNBC, Kamis (15/2).

Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Januari, kemungkinan akan mendorong  penurunan suku bunga The Fed pada paruh kedua  2024, dibandingkan ekspektasi awal investor untuk penurunan suku bunga pada awal Maret 2024.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...