Tembus US$ 52.200-an, Harga Bitcoin Lari Kencang Sepekan Melesat 17%
Aset kripto dengan kapitalisasi terbesar, Bitcoin (BTC) kini dipertukarkan di kisaran US$ 52.200-an atau sekitar Rp 816 juta. Angka ini dicapai usai rally selama seminggu terakhir di mana harga BTC naik sekitar 17%.
Menilik Coinmarketcap, Kamis (15/2) pukul 17.00 WIB, harga BTC ada di US$ 52.225 atau naik 1,19% dalam sehari.
Country Manager Interim Luno Indonesia Aditya Wirawan mengatakan, kenaikan harga Bitcoin diakibatkan oleh kembalinya kepercayaan investor yang didorong oleh kinerja ETF (exchange-traded fund) Bitcoin yang telah menarik lebih dari US$ 34 miliar dari investor. Hal itu sejak disetujui oleh Securities and Exchange Commission (SEC) AS pada 10 Januari lalu.
Kapitalisasi pasar Bitcoin atau total seluruh Bitcoin yang beredar hari ini telah melampaui US$ 1 triliun atau sekitar Rp 15 ribu triliun. Bahkan di tengah kekacauan pasar yang diakibatkan oleh data inflasi CPI di AS yang lebih tinggi dari prediksi. Beberapa analis mengantisipasi keberlanjutan pertumbuhan di atas sentimen bullish ini.
Aliran investasi dari investor institusional ke ETF merupakan bukti adanya pergeseran pandangan ke arah yang lebih positif terhadap aset kripto oleh lembaga-lembaga investasi tradisional.
“Alasan lainnya terjadinya kenaikan harga ini adalah halving Bitcoin yang akan terjadi pada pertengahan April 2024. Setiap empat tahun, imbalan Bitcoin yang dibayarkan kepada miner dipotong separuh untuk menjamin agar Bitcoin tidak kehilangan nilainya. Halving-halving yang terjadi sebelumnya secara historis menunjukkan dampak besar pada harga Bitcoin,” ungkap Aditya dalam keterangan resmi, Kamis (15/2).
Pada halving pertama, harga naik lebih dari 8.000% dari level harga sebelum halving. Nilai Bitcoin juga naik kira-kira 3.000% pada halving kedua di tahun 2016. Halving terakhir di tahun 2020 juga disusul oleh bull run yang menghasilkan harga all-time high yang hampir menyentuh US$ 65.000.
Bitcoin halving adalah peristiwa yang terjadi empat tahun sekali ketika block reward atau imbal hasil yang diperoleh para penambang Bitcoin dipotong setengah. Adapun tujuannya antara lain untuk membatasi pasokan dan menekan inflasi.
Halving berikutnya diperkirakan akan terjadi pada bulan April 2024, sebuah proses yang dirancang untuk memperlambat pelepasan BTC yang pasokannya dibatasi hingga 21 juta. Di mana 19 juta di antaranya telah ditambang.
Aditya mencermati perubahan dinamika di Luno, di mana altcoin Solana menggantikan posisi XRP di urutan ketiga, setelah Bitcoin dan Ether, dalam dua bulan terakhir.
“XRP masih menjadi salah satu koin yang paling banyak dipertukarkan di Luno, dan hal ini bisa menuju ke siklus baru di pasar kripto,” ucapnya.