Bursa Wall Street Rontok Akibat Imbal Hasil Surat Utang AS Naik

Nur Hana Putri Nabila
5 Maret 2024, 06:49
Bursa Wall Street, amerika, the fed,
ANTARA
Bursa Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street merosot dari rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Senin (4/3), ketika imbal hasil surat utang atau treasury Amerika naik. Kenaikan ini seiring dengan investor yang menantikan data pekerjaan utama dan pengumuman bank sentral AS The Fed akhir pekan ini.

S&P 500 turun 0,12% menjadi 5.130,95, Nasdaq Composite 0,41% menjadi 16.207,51, dan  Dow Jones Industrial Average 0,25% menjadi 38.989,83.

Ketiga indeks bursa Amerika itu berjuang mendapatkan keuntungan sepanjang perdagangan, tetapi kehilangan momentum di jam-jam terakhir. S&P 500 ditutup sedikit lebih rendah, sedangkan Nasdaq dan Dow mencatatkan penurunan yang lebih besar. 

Hal itu disebabkan oleh investor yang terlihat berhati-hati menjelang kesaksian Kongres dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada 6 -7 Maret. Investor juga mengantisipasi keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa dan laporan data pekerjaan Februari dari Departemen Tenaga Kerja yang akan dirilis Jumat (7/3).

Kepala Strategi Investasi CFRA Research di New York Sam Stovall mengatakan, tidak ada banyak peristiwa signifikan yang terjadi pada Senin, sehingga pasar saham bergerak dalam kisaran yang sempit.

"Pasar sedang menunggu kesaksian Jerome Powell di hadapan Kongres, menanti data ketenagakerjaan pada Jumat, dan merenungkan apakah akan melihat reaksi yang signifikan terhadap kenaikan harga baru-baru ini," kata Stovall dikutip Reuters, Selasa (5/3). 

Kesaksian kepala The Fed dan data pekerjaan akan sangat diperhatikan demi mendapatkan gambaran tentang kapan dan seberapa agresif The Fed berencana memangkas suku bunga acuan tahun ini.

Kemudian secara rata-rata, para analis memperkirakan ekonomi AS menambahkan 200 ribu pekerjaan pada Februari. Tingkat pengangguran diprediksi tetap di level 3,7%.

Di sisi lain, Bitcoin menjadi fokus perhatian karena kripto ini semakin mendekati rekor tertinggi sejak November 2021. Harga Bitcoin mencapai puncak tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir.

Mata uang kripto itu terakhir naik 8,1% menjadi US$6 7.655, mendekati rekor intraday yang dicapai pada November 2021.

Wakil Presiden Senior di Wealthspire Advisors di New York Oliver Pursche menyatakan, Bitcoin memiliki khas yakni permainan yang sangat bervolatilitas tinggi, bersifat spekulatif, dan terkait erat dengan momentum.

"Satu hal yang baik dari perspektif analis, bahwa ini adalah indikator sentimen risiko dan kesediaan investor untuk mengambil risiko," ujar Pursche. 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...