Wall Street Merosot Dihantam Penurunan Saham Apple
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) kompak merosot pada penutupan perdagangan Selasa (5/3). Penurunan Wall Street selama dua sesi berturut-turut itu dipicu oleh merosotnya saham perusahaan teknologi utama, yaitu Apple hingga menyeret pasar lebih jauh.
Apple turun hampir 3% setelah laporan dari Counterpoint Research mengungkapkan bahwa penjualan iPhone mengalami penurunan di Cina selama enam minggu pertama 2024.
Di samping itu, Nasdaq Composite tergelincir sebesar 1,65% menjadi 15.939,59. Dow Jones Industrial Average juga terpengaruh, kehilangan 404,64 poin atau 1,04%, dan ditutup pada 38.585,19. S&P 500 juga mengalami penurunan 1,02% menjadi 5.078,65.
Beberapa saham teknologi berkapitalisasi besar lainnya, seperti Netflix dan Microsoft anjlok hampir 3%, sementara Tesla ambles hampir 4%. Sektor teknologi informasi pada S&P 500 memimpin penurunan indeks secara keseluruhan dengan terkoreksi lebih dari 2%.
Di luar perusahaan teknologi berkapitalisasi besar, GitLab longsor sebesar 21% setelah perusahaan perangkat lunak ini mengumumkan perkiraan laporan keuangan yang negatif. Intel dan Salesforce, yang berkinerja terburuk di indeks Dow, masing-masing merosot lebih dari 5%.
CIO Horizon Investments, Scott Ladner, mengatakan bahwa semakin tinggi pertumbuhan saham-saham teknologi, semakin sulit bagi saham tersebut untuk mengalami penurunan.
"Apa yang terjadi hari ini, secara internal, adalah saham-saham yang sebelumnya sukses sepanjang tahun ini sedang menghadapi tekanan penjualan,” kata Ladner dikutip CNBC, Rabu (6/3).
Di luar sektor teknologi, Target melonjak 12% setelah hasil pendapatan kuartal liburan melebihi perkiraan Wall Street. AeroVironment juga meroket hampir 28% setelah membukukan laporan kuartalan dan prospek yang positif dari perusahaan pertahanan ini.
Pergerakan saham pada Selasa (6/3) terjadi ketika para investor terus mengevaluasi kenaikan pasar baru-baru ini hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa. Hal tersebut didorong oleh optimisme kecerdasan buatan atau artificial intelegent (AI). Meskipun mengalami kerugian dalam dua sesi terakhir, ketiga indeks utama tetap kuat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Bitcoin juga mencatat rekor terbaru, mencapai level tertinggi sepanjang masa pada Selasa. Namun, nilai mata uang digital ini dengan cepat berbalik ke zona merah setelah melewati puncaknya untuk pertama kalinya dalam dua tahun.