Kapitalisasi Pasar Bitcoin Kalahkan Bursa Saham, Ini Respons BEI
Pasar kripto akhir-akhir ini kembali mencetak rekor dengan melesatnya Bitcoin (BTC) ke harga Rp 1,05 miliar per keping, atau meningkat 1,25% dalam 24 jam terakhir. Tak hanya itu, kapitalisasi pasar BTC mencapai dua kali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Rp 20.642 triliun. Sedangkan market cap IHSG pada perdagangan siang ini pukul 14.40 WIB tercarat Rp 11.863 triliun.
Seiring dengan lonjakan harga di pasar kripto, terutama Bitcoin, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan tak masalah jika pasar kripto lebih mendominasi. Ia percaya, segmen pasar dari setiap instrumen investasi akan selalu ada.
“Jadi kalau ada instrumen lain yang membukukan peningkatan transaksi maupun peningkatan kapitalisasi, bagi kami di Bursa enggak ada masalah,” kata Jeffrey di Gedung BEI, Jakarta pada Jumat (8/3).
Tak hanya itu, Jeffrey menyebut Bursa dan investor saham tidak menganggap nasabah deposito, pemain derivatif keuangan, spekulan di pasar uang, forex, atau aplikasi judi online sebagai pesaing. Dalam pandangan Bursa, lanjut Jeffrey, jika instrumen lain berkembang dan diminati oleh publik, itu tidak menjadi masalah.
Jeffrey menegaskan Bursa selalu fokus mempromosikan investasi di pasar modal tanpa mendiskreditkan instrumen lain. Dalam setiap kegiatan edukasi dan literasi yang dilakukan oleh Bursa, kata Jeffrey, pesan utama yang disampaikan adalah bahwa bursa saham bukanlah tempat untuk mencari kekayaan dalam waktu singkat.
“Itu sangat clear pesan itu. Tidak ada janji kepastian pasti untung. Instrumen investasi saham adalah instrumen yang berisiko,” tambah Jeffrey.
Ia juga mengingatkan investor harus memahami risikonya dengan baik, menguasai cara mengelola risiko, kemudian baru bisa mengharapkan keuntungan. Setiap keputusan investasi harus diambil secara rasional, tanpa terpengaruh atau ikut-ikutan, dan bukan untuk mencari kekayaan dalam waktu singkat.
Jeffrey juga menyampaikan sebelumnya sempat terjadi penurunan minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal dan tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor kripto. Jika melihat dari awal tahun hingga sekarang, pasar modal masih stabil sepanjang tahun 2023, tetapi ada penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 2022. Namun, penurunan ini tidak terkait dengan kripto pada saat itu.
Kemudian data dari Bappebti menunjukkan penurunan transaksi di aset kripto sebesar 80% pada tahun 2023. Akan tetapi, faktor penurunan minat terhadap investasi saham lebih terkait dengan faktor suku bunga yang naik dan penerbitan obligasi negara. Perubahan ini mempengaruhi minat masyarakat terhadap investasi di saham.
“Tapi kalau di kripto kelihatannya tidak. Karena balik lagi segmennya berbeda. Segmen pelaku di saham dan produk pasar modal itu kelihatannya berbeda dengan segmen pelaku, yang berlaku di perdagangan aset kripto,” pungkas Jeffrey.