Saham Emiten Tambang Emas Melesat Imbas Tensi Panas Iran dan Israel
Saham emiten tambang emas kompak melesat pada perdagangan siang ini, Selasa (16/4). Kenaikan tersebut terjadi di tengah memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dengan Iran. Sejak awal tahun ini, harga emas acuan global membukukan rekor baru dengan kenaikan 15,5% menjadi US$ 2.382 per ounce.
Berdasarkan RTI Business, empat saham emiten emas seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), hingga PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) terpantau masuk top gainers.
Saham MDKA naik 6,11% ke level Rp 2.780 per lembar saham dengan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 68,03 triliun. Kemudian saham ANTM melesat 5,99% ke level Rp 1.770 per lembar dan kapitalisasi pasarnya sebesar Rp 42,53 triliun.
Selain itu, ARCI naik 2,25% ke Rp 364 per saham dan kapitalisasi pasarnya Rp 9,04 triliun, serta PSAB menanjak 8,43% ke level Rp 193 per saham dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 5,11 triliun.
Dalam analisisnya, Stockbit menilai, harga komoditas seperti emas dan perak melesat dipengaruhi panasnya tensi geopolitik Iran dan Israel dan pembelian masif oleh bank sentral. "Rally harga emas dan perak berpotensi untuk terus berlanjut seiring dengan meningkatnya ketidakpastian terkait prospek ekonomi, inflasi, dan potensi kebijakan moneter AS ke depan," tulis Stockbit, dikutip Selasa (16/4).
Sebelumnya, Iran meluncurkan puluhan serangan drone ke Israel pada Sabtu (13/5). Serangan ini sebagai balasan Iran terhadap Israel yang lebih dulu menyerang fasilitas diplomatik di Ibu Kota Suriah, Damaskus pada 1 April yang menewaskan perwira tinggi Iran.
Goldman Sachs turut memperbarui perkiraan harga emas dari US$ 2.300 menjadi US$ 2.700 per ons pada akhir tahun. Dalam catatan yang dikeluarkan untuk investor, bank ini memperhatikan bahwa kenaikan harga emas baru-baru ini tidak terkait dengan faktor makroekonomi umum. Goldman Sachs mengidentifikasi faktor-faktor umum terkait harga emas seperti suku bunga riil, ekspektasi pertumbuhan, dan dolar Amerika.
“Tak satu pun dari faktor-faktor ini yang dapat menjelaskan secara memadai tentang kecepatan dan skala pergerakan harga emas sepanjang tahun ini,” kata bank investasi itu.
Bank tersebut menyatakan bahwa emas masih memiliki banyak keunggulan untuk terus tumbuh di pasar. Ini mengingat permintaan yang konstan dari bank sentral, termasuk Bank Rakyat Tiongkok atau PBOC dan peningkatan permintaan ritel dari investor Cina.
Saham Petrokimia Melemah
Di sisi lain, saham emiten petrokimia, pada perdagangan Selasa ini terpantau mengalami koreksi di tengah tingginya harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah acuan WTI berada di level US$85,8/barel atau meningkat 19,7% sejak awal tahun ini.
Emiten petrokimia turut dihantui kenaikan harga minyak karena sebagai importir akan terkena imbas baik secara langsung maupun tidak langsung. Saham PT Lotte Chemical Titan (FPNI) hari ini melemah 1,62% ke level Rp 182 per saham.
Selanjutnya, saham emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dibuka terkoreksi pada awal perdagangan di level Rp 7.025 per saham kemudian terangkat 1,41% ke level Rp 7.175. Sementara itu saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga seharian melemah dan menyentuh level Rp 965 per sahamnya.