Deloitte: Pasar IPO di Asia Tenggara Turun Drastis di Semester I 2024

Hari Widowati
9 Juli 2024, 14:54
Pasar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Asia Tenggara mengalami penurunan yang signifikan dalam enam bulan pertama di 2024.
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Pasar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Asia Tenggara mengalami penurunan yang signifikan dalam enam bulan pertama di 2024.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pasar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Asia Tenggara mengalami penurunan yang signifikan dalam enam bulan pertama di 2024. Laporan Deloitte menunjukkan kapitalisasi pasar saham-saham IPO anjlok 71% menjadi US$5,8 miliar (Rp 95,12 triliun).

Kawasan ini hanya melihat 67 penawaran umum perdana pada semester pertama, jumlah tersebut turun 21,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dana yang terkumpul dari IPO-IPO ini merosot 59,4% dari tahun ke tahun menjadi US$1,38 miliar (Rp 22,63 triliun).

Deloitte menyebut tidak ada IPO jumbo di Asia Tenggara pada periode Januari-Juni 2024. Hanya ada satu IPO besar dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari US$1 miliar (Rp 16,4 triliun). IPO terbesar di Asia Tenggara pada semester I tahun ini adalah Thai Credit Bank Public Company Limited di Bursa Thailand, yang mengumpulkan dana US$208 juta (Rp 3,41 triliun). 

Hal ini menandai berlanjutnya tren penurunan yang dimulai pada semester kedua tahun 2022. "Tren penurunan ini menandakan sentimen pasar IPO yang lemah di mana investor dan kandidat IPO terus menavigasi faktor ekonomi makro," kata Deloitte dalam laporan Southeast Asia Mid-Year IPO Snapshot 2024, seperti dikutip CNBC, pada Selasa (9/7).

Namun, laporan tersebut menunjukkan bahwa secara historis, semester kedua tahun ini selalu menjadi semester yang berkinerja lebih baik antara tahun 2020 hingga 2022.

"Terlepas dari prospek pertumbuhan yang positif dan peningkatan investasi asing langsung di Asia Tenggara, ketidakstabilan geopolitik yang berkepanjangan dan tingkat suku bunga yang tinggi telah menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi kondisi pasar dan sentimen investor di Asia Tenggara," ujar Tay Hwee Ling, Pemimpin Akuntansi dan Asuransi Pelaporan Deloitte Asia Tenggara.

Suku bunga yang tinggi mungkin akan terus berlanjut pada tahun 2024 karena bank-bank sentral harus mengatasi masalah inflasi. Dengan latar belakang ini, para investor lebih memilih untuk mencari profitabilitas yang telah terbukti dan arus kas yang berkelanjutan daripada model bisnis dengan pertumbuhan di semua biaya yang diadopsi oleh banyak perusahaan dari tahun 2020 hingga 2022.

Penggalangan Dana IPO di Indonesia Anjlok

Deloitte menyebut Indonesia mengalami penurunan IPO yang paling signifikan di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya. Indonesia pada 2023 menduduki posisi teratas dalam daftar IPO untuk wilayah Asia Tenggara.

"Pada semester I tahun ini, Indonesia mengalami penurunan karena investor dan calon perusahaan yang akan IPO mengambil pendekatan wait and see sehubungan dengan Pemilihan Presiden di bulan Februari 2024 dan untuk mengantisipasi kebijakan-kebijakan ekonomi yang baru," ujar para analis dari Deloitte.

Kapitalisasi pasar dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Indonesia anjlok 92,2% menjadi US$1,22 miliar (Rp 20 triliun) dari Januari hingga Juni. Sementara itu, dana yang diperoleh dari IPO turun 89,1% menjadi US$248 juta (Rp 4,07 triliun) dibandingkan dengan tahun lalu.

Jumlah perusahaan yang tercatat di bursa Indonesia dalam enam bulan pertama tahun ini turun 43,2% menjadi 25 perusahaan dari 44 perusahaan pada periode yang sama tahun lalu.

Pasar IPO Asia Tenggara akan Membaik Setelah 2024

"Meskipun pasar IPO Asia Tenggara mungkin terlihat lemah di tahun 2024, ada optimisme yang hati-hati bahwa kondisinya akan membaik setelah tahun 2024," kata Tay.

Tay mengatakan ada antisipasi penurunan suku bunga di masa mendatang yang dapat mendorong kembalinya daftar REIT [real estate investment trusts]. Sementara itu, IPO yang terkait dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dapat memasuki pasar dalam waktu dekat karena banyak perusahaan AI yang masih dalam tahap awal.

"Kami mengantisipasi gelombang IPO AI yang signifikan yang memanfaatkan IPO pasar modal di tahun-tahun mendatang, membawa inovasi dan peluang baru ke pasar," kata Tay.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...