BEI: Investor Taiwan dan Perusahaan Besar Global Minati Pasar Karbon Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan pasar karbon Indonesia menarik perhatian investor asing dari Singapura, Taiwan, serta beberapa perusahaan besar global. Mereka menjajaki kemungkinan untuk berpartisipasi di bursa karbon Indonesia.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia Ignatius Denny Wicaksono mengatakan potensi Indonesia dalam pasar karbon sangat besar. Indonesia merupakan saham satu negara penyumbang emisi (emitter) karbon dalam jumlah besar tetapi Indonesia juga memiliki potensi untuk menyimpan karbon.
Saat ini, perdagangan karbon baru bisa dilakukan di pasar domestik. Denny mengungkapkan bahwa saat ini pasar karbon sukarela (voluntary carbon market) tengah lesu. Penyebabnya, permintaan terhadap kredit karbon belum stabil, kadang tinggi, kadang rendah.
''Meskipun pasar sukarela mengalami sedikit penurunan, minat investor asing tetap tinggi, bahkan Singapura dan Taiwan sudah menunjukkan minat untuk berinvestasi. Ada juga beberapa perusahaan besar (global),'' kata Denny dalam Katadata Sustainable Action for The Future Economy (SAFE) 2024 di sesi "Strengthening Indonesia's Carbon Market: Cross-Sector Strategies" di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Rabu (7/8).
Denny mengatakan pasar karbon Indonesia telah berhasil mencatatkan 613 ribu ton perdagangan karbon sejak peluncuran bursa karbon pada 26 September 2023. Sementara itu, bursa karbon di Malaysia baru mencatat perdagangan karbon 150 ribu ton dan Jepang 450 ribu ton. Oleh karena itu, bursa karbon Indonesia termasuk yang terbaik di regional Asia. Denny berharap bisa segera melanjutkan diskusi dengan para investor asing ke depannya.
Dengan potensi yang ada seiring dengan dukungan pemerintah dalam hal penguatan regulasi, bursa karbon Indonesia diperkirakan akan terus berkembang. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi pemain utama dalam pasar karbon global dan mendukung upaya pengurangan emisi di tingkat internasional.
Sementara itu, Head of Enviromental Economic Research Group Institure of Economic and Social Reseach Universitas Indonesia Alin Halimatussadiah, mengungkapkan ada beberapa tantangan di pasar karbon Indonesia.
Alin melihat pasar karbon Indonesia membutuhkan pasokan yang banyak dan permintaan yang sebanding. Regulasi yang mendukung perdagangan karbon juga masih terbatas.
''Namun, kami optimis, karena dengan semakin banyaknya kredit karbon yang tersedia, ruang untuk pertumbuhan harus dibuka dan regulasi yang jelas sangat diperlukan," kata Alin.