Harga Batu Bara Jeblok, Penjualan Adaro Rontok Meski Volume Produksi Naik
Harga batu bara yang merosot tajam berdampak signifikan pada kinerja keuangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Meskipun perusahaan mencatat kenaikan volume produksi sebesar 7% menjadi 34,94 juta ton pada semester pertama tahun 2024 namun pendapatan usaha ADRO turun 15% menjadi USD 2,973 miliar karena penurunan harga jual rata rata atau average selling price (ASP) sebesar 19% akibat melemahnya harga batu bara.
Presiden Direktur dan CEO ADRO, Garibaldi Thohir, mengatakan bahwa meskipun menghadapi tantangan harga yang sulit, baik untuk batu bara termal maupun metalurgi, ADRO tetap menunjukkan ketahanan kinerja keuangan.
"Meskipun harus menghadapi kondisi harga yang sulit baik untuk batu bara termal maupun metalurgi, Grup Adaro mampu menunjukkan resiliensi kinerja keuangan berkat komitmen terhadap keunggulan operasional dan efisiensi. Resiliensi tersebut merupakan cerminan dedikasi kolektif dari tim kami. Kami tetap berfokus pada eksekusi proyek dalam upaya untuk mengkonversikan visi jangka panjang kami menjadi nilai nyata bagi para pemegang saham," jelas dia dalam keterangan resmi, Rabu (28/8).
Dalam laporan keuangan konsolidasi semester pertama 2024, ADRO mencatat beberapa indikator kinerja yang penting. Beban pokok pendapatan turun 13% year-on-year (YoY) menjadi USD 1,765 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan beban royalti PT Adaro Indonesia (AI). Di sisi lain, total biaya bahan bakar meningkat 13% sejalan dengan kenaikan konsumsi bahan bakar yang mencapai 15% akibat peningkatan volume produksi.
Meskipun biaya kas batu bara per ton turun 11% YoY, ADRO tetap menghadapi tantangan dalam menjaga margin profitabilitas. EBITDA operasional turun 11% YoY menjadi USD 1,234 miliar, dan laba inti juga mengalami penurunan sebesar 11% menjadi USD 911 juta pada semester pertama 2024. Namun, margin EBITDA operasional masih sehat di angka 42%.
"Kami pun mempertahankan komitmen untuk memberikan pengembalian bagi para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen tunai serta program pembelian kembali saham perusahaan. Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada para pemegang saham yang telah menjadi bagian yang terpisahkan dari perjalanan Adaro," kata Garibaldi.
Di tengah tekanan harga, ADRO berhasil mempertahankan kas dan setara kas sebesar USD 2,794 miliar, yang mencakup 27% dari total aset perusahaan. Total aset perusahaan meningkat 5% menjadi USD 10,264 miliar, sementara liabilitas total turun 6% YoY menjadi USD 2,564 miliar. ADRO juga mencatatkan peningkatan arus kas dari aktivitas operasi yang naik signifikan menjadi USD 1,033 miliar, didorong oleh penurunan pembayaran royalti dan pajak penghasilan.
Meskipun menghadapi kondisi pasar yang menantang, ADRO tetap berkomitmen untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham melalui pembagian dividen tunai serta program pembelian kembali saham. Dengan manajemen utang yang hati-hati dan likuiditas yang kuat, ADRO berada dalam posisi yang solid untuk terus berkembang di masa depan.