BEI Kejar Target IPO di Tengah Isu Gratifikasi, Begini Kinerja Emiten Baru

Patricia Yashinta Desy Abigail
3 September 2024, 12:05
Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan target IPO akan tetap dikejar meski tengah disorot isu gratifikasi.
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Karyawati berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan target IPO akan tetap dikejar meski tengah disorot isu gratifikasi. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik mengatakan, pelaksanaan IPO tetap berlandaskan aturan yang berlaku di bursa maupun Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Perusahaan yang ingin mencatatkan sahamnya di bursa, wajib untuk mengikuti peraturan yang berlaku. Tak terkecuali kriteria-kriteria calon emiten yang sudah tercantum dalam aturan.

"Di pipeline ada 25 sampai dengan 30 emiten yang akan IPO hingga akhir 2024, tidak ada penurunan target," kata Jeffrey kepada wartawan, dikutip Selasa(3/9).

Ia memastikan perusahaan-perusahaan yang sudah berada dalam stastus bookbulding atau penawaran awal hingga resmi menjadi perusahaan tercatat, sudah mengikuti proses dan sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh BEI.

Memang kasus yang menyeret karyawan terduga gratifikasi IPO membuat para pelaku pasar di Indonesia khawatir. Pasalnya, kepercayaan menjadi dasar ketika seseorang ingin melakukan investasi.

Menjawab keresahan publik, Jeffrey mengaku pengawasan otoritas bursa tidak pernah lepas dari segala divisi pekerja BEI.

Dia mengaku sebelumnya BEI pernah menghentikan pekerjanya yang tidak menjaga integritas dan melakukan kecurangan. BEI tidak segan melakukan pemecatan jika sudah ada bukti-bukti yang kuat.

Jeffrey megaskan penegakkan disiplin selalu diperkuat dan berharap kasus ini tidak berulang lagi.

Sebelumnya, kasus gratifikasi yang melibatkan karyawan BEI menimbulkan spekulasi di kalangan investor ritel soal masuknya emiten-emiten berskala menengah-kecil. Bahkan pergerakan saham emiten pendatang baru, beberapa mengalami penurunan signifikan.

Investor ritel berinisial IG menyatakan kekecewaannya ke BEI atas kasus ini. Investor berusia 43 tahun ini meyakini jika gratifikasi kepada karyawan BEI berlangsung dalam jangka waktu yang tidak sebentar.

"Sangat disayangkan karena sekelas BEI bisa 'kecolongan'," kata IGkepada Katadata.co.id, dikutip Selasa (3/9).

Dikatakan 'kecolongan', ia menegaskan bahwa pihaknya tidak kecolongan atas kasus yang menyeret lima karyawan yang diduga menerima gratifikasi terkait penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

"Yang menjadi kewenangan kami adalah memberikan sanksi kepada karyawan kami dan itu sudah kami lakukan, tidak ada kecolongan," sebutnya.

Kondisi Saham Emiten Baru, Ada yang Terperosok

BEI menargetkan sekitar 60 perusahaan untuk menjadi emiten di bursa. Menurut data BEI, saat ini terdapat 23 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham bursa dengan dana dihimpun Rp 5,15 triliun. Lalu terdapat 23 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.

Data yang diberikan Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada Katadata.co.id tercatat perusahaan aset skala menengah merajai IPO. Perusahaan aset skala menengah bernilai Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar.

Sementara hanya lima perusahaan beraset skala besar atau aset lebih dari Rp 250 miliar dan sisanya yakni aset skala kecil dengan total Rp 50 miliar.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, sebelumnya mengatakan bahwa regulator dan profesi pendukung telah berupaya maksimal dalam menilai perusahaan yang akan melantai di BEI.

Ia tak mengelak memang jika dibandingkan dengan stock exchange negara lain tentu ada perusahaan-perusahaan yang bermasalah setelah tercatat. 

“Namun, apapun itu kami berangkat dari apa yang dapat kami lakukan untuk melakukan perbaikan. Tolong dicatat kami sudah memikirkan secara holistik dan komprehensif,” kata Nyoman di Jakarta, Rabu (20/3).

Pantauan Katadata.co.id, ada beberapa emiten yang mengalami penurunan harga saham sejak melantai di bursa. Misalnya saja PT Benteng Api Technic Tbk (BATR) yang sahamnya saat ini berada di level Rp 79, berbeda jauh ketika melakukan pencatatan pertama kali yakni Rp 110 per saham.

Melansir dari data perdagangan, saham BATR merosot 4,82% selama sebulan dan terkoreksi 1,25% selama per tujuh hari. Melansir laporan keuangan di prospektus perusahaan, laba bersih perseroan Rp 9,32 miliar per 30 November 2023 dibandingkan periode sebelum Rp 10,31 miliar. Artinya, laba perusahaan saat itu mengalami penurunan saat itu.

Lalu menurut laporan kinerja per 30 Juni 2024, laba bersihnya tercatat Rp 2,63 miliar dari sebelum Rp 5,88 miliar. Sementara pendapatan Rp 41,63 miliar dari Rp 66,76 miliar.

Selanjutnya ada PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) mencatatkan debt to asset ratio atau DAR di prospektus perusahaan saat akan IPO yakni 55%. setengah dari aset perusahaan merupakan sebuah utang.

DAR merupakan rasio hutang, yang memiliki fungsi untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

Saham NICE sendiri bergerak stagnan dengan harga saham per 11.10 WIB berada di level Rp 436 per saham, lebih kecil dua poin dari harga IPO yakni Rp 438 per saham.

Lalu pada tahun sebelumnya ada PT Lavender Bina Cendekia Tbk (BMBL) yang sahamnya kini berada di level Rp 11 per saham.

Emiten yang listing pada 2023 ini mencatatkan penurunan saham paling drastis dari harga IPO Rp 188 per saham. Hari ini sahamnya anjlok 8,33% di level Rp 11 per saham.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...