IHSG Dibuka Anjlok ke 7.551 Dipicu Aksi Ambil Untung Investor
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka anjlok 64,61 poin atau 0,85% ke level 7.551 pada perdagangan sesi pertama Rabu pagi (4/9). Sebelumnya, IHSG ditutup turun 1,01% ke level 7.616 pada penutupan perdagangan Selasa (3/9) sore.
Tim analis Pilarmas Sekuritas menyebut investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah IHSG mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) pada perdagangan kemarin.
Pada pukul 09.06 WIB, IHSG bergerak fluktuatif menuju 7.589 atau terkoreksi 0,36%. Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan nilai transaksi saham pagi ini mencapai Rp 874,11 miliar dengan volume 1,44 miliar saham dan frekuensi sebanyak 102.454 kali.
Sebanyak 84 saham menguat, 314 saham terkoreksi, dan 173 saham tidak bergerak. Adapun kapitalisasi pasar IHSG sesi I pada hari ini mencapai Rp 13.072 triliun. Hal tersebut tercermin dari pergerakan saham pada hari ini.
Dari sebelas sektor saham yang ada di BEI, delapan sektor terpantau anjlok. Terpantau pada perdagangan hari ini saham-saham transportasi mencatat penurunan terbesar yakni 0,82%. Sektor yang berada di zona merah yakni PT Blue Bird Tbk (BIRD) turun 1,64% ke Rp 1.795 per lembar saham.
Bursa Asia Anjlok
Bursa saham di Asia Pasifik juga berguguran pada pembukaan perdagangan Rabu (4/9). Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin dengan penurunan sebesar 4,01% setelah saham-saham teknologi AS didera tekanan aksi jual karena data ekonomi AS yang lemah memicu kekhawatiran resesi.
Menurut laporan CNBC.com, saham-saham yang terkait dengan semikonduktor seperti Renesas Electronics anjlok 10%, menjadikannya sebagai penekan terbesar dalam indeks bursa Jepang.
Selain itu, saham Tokyo Electron merosot 7,3%, sementara Advantest anjlok lebih dari 9%. Kemudian saham Hang Seng turun 1,50%, Shanghai Composite tergelincir 0,70%, hingga Straits Times terperosok 1,67%.
Ramalan IHSG Hari ini
IHSG diprediksi bakal melanjutkan pelemahan pada perdagangan Rabu (4/8). Pelemahan kali ini dipengaruhi oleh perekonomian Amerika Serikat (AS) serta perkembangan harga minyak. Phintraco Sekuritas menilai sentimen defisit neraca perdagangan AS akan memengaruhi pergerakan IHGS pada hari ini.
Diperkirakan defisit neraca perdagangan AS meningkat dari minus US$ 73,1 miliar pada Juni menjadi minus US$ 78,9 miliar pada Juli 2024. Kondisi ini bakal memicu pelemahan lanjutan pada USD Index, di tengah antisipasi pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed dalam rapat Dewan Kebijakan Federal Reserve AS (FOMC) pada 17-18 September 2024.
"Sentimen lain yang berpotensi menguntungkan Indonesia dalam jangka pendek adalah pelemahan signifikan harga minyak," tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, Rabu (4/9).