Gerak Anomali Saham Wall Street, Anjlok Usai The Fed Turunkan Suku Bunga 50 Bps
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan saham hari Rabu (18/9) setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga setengah poin persentase atau 50 basis poin (bps). Penurunan ini berkebalikan dengan ekspektasi sejumlah investor yang sebelumnya menunggu putusan The Fed.
Sebelum pengumuman, pelaku pasar menyambut baik rencana penurunan suku bunga. Namun, penurunan hingga 50 bps justru memicu kekhawatiran bahwa The Fed berupaya mencegah potensi pelemahan ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 103,08 poin atau 0,25% menjadi 41.503,10, setelah sebelumnya sempat naik sebanyak 375,79 poin usai keputusan The Fed diumumkan. Di samping itu S&P 500 tergelincir 0,29% dan ditutup di 5.618,26.
Saat bersamaan indeks saham yang ada di Nasdaq Composite melemah 0,31% ke level 17.573,30. Kedua indeks, S&P 500 dan Dow, sempat menyentuh level tertinggi sebelum akhirnya berbalik turun.
Penurunan suku bunga oleh The Fed ini merupakan yang pertama dalam empat tahun. Dengan tingkat suku bunga pinjaman semalam turun ke kisaran 4,75% hingga 5,00% dari sebelumnya 5,25% hingga 5,5%. Hal ini didorong oleh meredanya inflasi yang sebelumnya melonjak dua tahun lalu.
"Komite semakin yakin inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2% dan menilai bahwa risiko untuk mencapai target ketenagakerjaan dan inflasi relatif seimbang," demikian pernyataan dari bank sentral.
Pada minggu-minggu menjelang keputusan tersebut, para trader semakin berharap Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar setengah poin, alih-alih seperempat poin seperti yang biasanya dilakukan. Meskipun harapannya terpenuhi, pasar saham justru berguguran.
Kepala Investasi Morningstar Wealth, Philip Straehl mengatakan keputusan The Fed memangkas suku bunga secara agresif yakni sebanyak 50 basis poin menunjukkan bahwa The Fed yakin terjadi tren penurunan inflasi berkelanjutan. Straehl menilai The Fed kini mulai fokus untuk mencegah terjadinya tekanan ekonomi.
“Dengan mempertahankan suku bunga terlalu tinggi untuk waktu yang terlalu lama,” kata Straehl dikutip CNBC, Kamis (19/9).
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell berusaha meredakan kekhawatiran dalam konferensi pers pasca pertemuan. Ia menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga yang agresif bukan karena bank sentral melihat adanya masalah besar dalam perekonomian. Menurutnya, keputusan ini didorong oleh penurunan risiko inflasi yang signifikan.
"Saya tidak melihat apa pun dalam perekonomian saat ini yang menunjukkan bahwa kemungkinan penurunan meningkat," kata Powell.
Sebagian dari turunnya saham ini kemungkinan disebabkan oleh reli besar yang terjadi menjelang pemangkasan suku bunga yang sangat diantisipasi pada hari Rabu. S&P 500 tercatat naik hampir 18% sepanjang tahun ini dan lebih dari 1% dalam sebulan terakhir.