Wall Street Melemah, Dow Jones dan S&P 500 Anjlok Setelah Raih Rekor Tertinggi
Indeks Wall Street mayoritas melemah pada perdagangan Rabu (25/9). Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 anjlok setelah mencatat rekor tertinggi di awal sesi.
S&P 500 ditutup turun 0,19% di 5.722,26 dan Dow tergelincir 293,47 poin atau 0,70%, berakhir di 41.914,75. Kedua indeks tersebut sebelumnya mencapai rekor baru, namun gagal mempertahankan momentum positif dan mengakhiri reli kenaikan empat hari berturut-turut. Sebaliknya, Nasdaq Composite justru naik tipis 0,04% dan ditutup di 18.082,21.
Saham-saham lainnya yang ikut anjlok misalnya General Motors dan Ford. Keduanya turun lebih dari 4% setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat mereka. Selain itu, indeks Dow Jones anjlok dipicu oleh merosotnya saham Amgen hingga 5,5%.
Sembilan dari 11 sektor di S&P 500 juga terpantau melemah. Pelemahan dipimpin oleh sektor energi yang terdampak penurunan harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, saham Chevron merosot lebih dari 2%.
Namun, sektor teknologi justru bergerak positif. Saham Hewlett Packard Enterprise naik lebih dari 5% setelah mendapat kenaikan peringkat dari Barclays, yang menyoroti tingginya permintaan pusat data kecerdasan buatan sebagai faktor pendorong. Selain itu, saham produsen chip Nvidia juga menguat 2,2%, mendorong kapitalisasi pasarnya melampaui angka US$ 3 triliun.
Meski ada kekhawatiran perlambatan ekonomi, ketiga indeks saham masih berada di jalur positif untuk September. Hal itu berkat langkah penurunan suku bunga Federal Reserve minggu lalu yang mendukung S&P 500 di tengah periode lemahnya perdagangan saham.
Kepala Investasi Manajemen Kekayaan Global UBS Amerika, Solita Marcelli, mengatakan bahwa ini sesuai dengan tren historis. Ia menilai saham biasanya berkinerja positif selama periode pelonggaran oleh The Fed di tengah pertumbuhan ekonomi AS.
"Namun, tingkat keberhasilan The Fed memandu pasar menuju pendaratan lunak akan menjadi faktor kunci dalam menentukan prospek untuk kelas aset lainnya," ujar Marcelli dikutip CNBC, Kamis (26/9).
Setelah bank sentral mulai menurunkan suku bunga, perhatian investor kini semakin terfokus pada kondisi ekonomi. Dari sisi data, penjualan rumah baru tercatat turun 4,7% pada Agustus menjadi 716.000 unit, turun dari angka revisi bulan Juli sebesar 751.000. Selain itu, para investor juga menantikan data klaim pengangguran mingguan yang akan dirilis pada Kamis (26/9).