Emiten Tambang Andalan Lo Kheng Hong Tertekan, Laba Anjlok 51%
Perusahaan sektor pertambangan dan energi PT ABM Investama Tbk (ABMM) mencatat penurunan kinerja yang signifikan pada semester pertama 2024. Emiten yang menjadi salah satu koleksi portofolio investor legendaris Lo Kheng Hong ini mengalami penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
Angka laba tersebut tercatat hanya mencapai US$ 91,24 juta atau sekitar Rp 1,38 triliun (dengan kurs 15.134 per dolar AS), turun drastis 51,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada 2023, laba di periode yang sama tercatat mencapai US$ 188,52 juta. Penurunan ini menjadi perhatian bagi para pemegang saham, terutama mengingat peran ABMM sebagai salah satu pemain utama di sektor energi dan pertambangan.
Berdasarkan laporan keuangannya, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan juga merosot 24,8% menjadi US$ 573,90 juta atau Rp 8,68 triliun per Juni 2024. Padahal pada periode yang sama tahun lalu ABMM membukukan pendapatan US$ 763,18 juta.
Secara rinci, PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua berkontribusi sebesar US$ 132,80 juta dan PT Borneo Indobara US$ 103,99 juta hingga semester pertama 2024.
Kemudian diikuti oleh PT Multi Harapan Utama US$ 79,24 juta. Namun pada semester pertama ini, Adani Global Pte. Ltd., Singapura tak menyumbang pendapatan ABMM.
Berikut rincian pendapat dari kontrak dengan pelanggan yang melebihi 10% dari total pendapatan:
No | Pendapatan Kontrak Pelanggan | Persentase terhadap total pendapatan | 30 Juni 2024 | 30 Juni 2023 |
1 | PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua | 23,14% | US$ 132,80 juta | US$ 89,76 juta |
2 | PT Borneo Indobara | 18,12% | US$ 103,99 juta | US$ 35,03 juta |
3 | PT Multi Harapan Utama | 13,81% | US$ 79,24 juta | US$ 123,91 juta |
4 | Adani Global Pte. Ltd., Singapura | - | US$ 78,64 juta | |
Total | 53,35% | US$ 316,35 juta | US$ 327,35 juta |
Di samping itu, beban pokok pendapatan ABMM susut 1,9% menjadi US$ 511,31 juta per Juni 2024.Secara rinci, beban pokok pendapatan yang berasal dari komtraktor tambang dan tambang batu bara US$ 261,79 juta, perdagangan bahan bakar jasa US$ 156,72 juta per semester pertama 2024.
Kemudian diikuti logistik dan sewa kapal US$ 50,95 juta, divisi site services dan repabrikasi US$ 22,72 juta. Tak hanya itu, sewa mesin pembangkit listrik US$ 371,98 ribu dan pabrikasi US$ 18,74 juta.
Apabila dilihat dari sisi neraca, total aset perusahaan sebesar US$ 2,11 miliar sepanjang Januari–Juni 2024. Kemudian total liabilitas US$ 1,32 miliar dan total ekuitas ABMM sebesar US$ 787,43 juta per Juni 2024.