Wall Street Menghijau, S&P 500 dan Dow Jones Cetak Rekor Tertinggi

Nur Hana Putri Nabila
10 Oktober 2024, 06:32
Wall street, s&P 500, dow jones
NYSE
Ilustrasi. Investor saat ini menantikan data indeks harga konsumen (CPI) dan produsen (PPI) untuk bulan September yang akan dirilis pada Kamis dan Jumat.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street ditutup naik pada perdagangan Rabu (9/10) terdongkrak lonjakan pada harga saham-saham teknologi. Indeks  S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average bahkan mencatat rekor tertinggi penutupan.

S&P 500 naik 0,71% ke level tertinggi sepanjang masa pada 5.792,04, Nasdaq Composite naik 0,6% dan ditutup di 18.291,62, sedangkan Dow Jones melonjak 431,63 poin atau 1,03% ke 42.512,00. 

Saham-saham teknologi menjadi pendorong utama kenaikan tersebut. Harga saham Amazon dan Apple masing-masing naik lebih dari 1%, sedangkan Super Micro Computer naik 4%.

Kenaikan tersebut mendorong indeks-indeks utama kembali ke wilayah positif bulan ini. Salah satu sentimen yang juga mempengaruhi adalah risalah rapat The Federal Reserve pada September yang baru dirilis Rabu (9/10). 

Dalam risalah tersebut, sebagian besar anggota memilih untuk menurunkan suku bunga lebih besar dari sebelumnya, yaitu sebesar setengah poin persentase.

Direktur Riset di FBB Capital Partners Mike Bailey mengatakan, kebijakan The Fed adalah faktor utama yang mendorong pergerakan pasar ini. Namun, ia menyebut bahwa situasi masih bisa berubah sewaktu-waktu, misalnya jika ada berita besar seperti badai atau perubahan di sektor energi.

"Saat ini, kami merasa sebagian besar risiko tersebut belum benar-benar diperhitungkan,” kata Bailey dikutip CNBC, Kamis (10/10). 

Keuntungan yang terjadi pada Rabu masih diiringi kekhawatiran terkait kemungkinan perang yang lebih luas di Timur Tengah dan kinerja pasar Cina yang mengecewakan. Hal itu karena investor mulai mengambil keuntungan dari reli yang dipicu oleh stimulus baru-baru ini.  

Bursa saham Shenzhen, Cina mengalami hari terburuk sejak 1997, dengan iShares China Large-Cap ETF (FXI) turun lebih dari 1%. Saham Alphabet juga melemah 1,5% setelah muncul kabar bahwa Departemen Kehakiman AS (DOJ) yang tengah mempertimbangkan kemungkinan pemisahan perusahaan. 

Sedangkan di bursa Wall Street, sesi yang kuat didorong oleh kenaikan saham teknologi dan penurunan harga minyak. Melihat pergerakan tersebut, investor optimistis bahwa The Fed dapat mengelola perekonomian dengan baik, terutama setelah laporan pekerjaan minggu lalu menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan.

Analis Vital Knowledge, Adam Crisafulli menjelaskan, pasar saat ini terpengaruh oleh dua kekuatan yang saling tarik-menarik. Di satu sisi, ada dorongan dari stimulus, penurunan inflasi, pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan kinerja perusahaan yang baik. Di sisi lain, ada tekanan dari valuasi yang tinggi. Akibatnya, indeks S&P 500 (SPX) tetap bergerak dalam pola harga yang relatif datar.

Meski tren naik tetap ada, Crisafulli mengingatkan bahwa pasar bisa mengalami volatilitas tambahan. Hal itu terutama di bulan ini yang secara historis merupakan periode paling tidak stabil dalam setahun, apalagi menjelang pemilihan presiden AS.

Investor saat ini menantikan data indeks harga konsumen (CPI) dan produsen (PPI) untuk bulan September yang akan dirilis pada Kamis dan Jumat. Musim laporan keuangan juga akan dimulai pada Jumat, dengan bank besar seperti JPMorgan Chase dan Wells Fargo yang akan merilis kinerjanya.



 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...