Angkat Bursa yang Anjlok, Bank Sentral Cina Fasilitasi Swap Rp 1.105 Triliun
Bank sentral Cina (PBOC) akan mulai menerima permohonan dari institusi-institusi keuangan untuk bergabung dengan skema pendanaan swap senilai 500 miliar yuan (Rp 1.105 triliun) untuk membantu bursa Cina yang anjlok.
Bank sentral mengatakan perusahaan-perusahaan sekuritas, perusahaan-perusahaan pengelola dana, dan perusahaan-perusahaan asuransi yang memenuhi syarat dapat mengajukan permohonan untuk bergabung dengan skema swap. Skema tersebut memberikan mereka akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pendanaan untuk membeli saham.
Pengumuman ini muncul setelah saham-saham Cina jatuh pada hari Rabu (9/10) setelah reli yang hebat. Kejatuhan bursa Cina tersebut disebabkan investor kecewa setelah Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengumumkan stimulus ekonomi yang lebih kecil dibandingkan dengan ekspektasi pasar.
Bank sentral Cina pertama kali mengumumkan skema swap ini pada 24 September sebagai bagian dari paket kebijakan yang luas untuk menstimulasi ekonomi dan mendorong pasar modal.
Di bawah fasilitas swap, perusahaan sekuritas, manajer investasi, dan perusahaan asuransi yang memenuhi syarat dapat menggunakan aset mereka termasuk obligasi, ETF saham, dan kepemilikan dalam konstituen Indeks CSI 300, sebagai jaminan. Aset-aset itu bisa ditukarkan dengan aset-aset yang sangat likuid seperti obligasi pemerintah dan surat utang bank sentral.
Saham-saham di Bursa Cina dan Hong Kong Berguguran
Saham-saham di Bursa Cina dan Hong Kong jatuh pada perdagangan Rabu (9/10). Para investor kecewa dengan kurangnya langkah-langkah stimulus yang kuat untuk menghidupkan kembali ekonomi negara Xi Jinping tersebut.
Indeks-indeks acuan di Cina mencatatkan kerugian harian terbesar sejak pandemi Covid-19 dimulai. Indeks Komposit Shanghai turun 6,6% menjadi 3.258,86 poin, sedangkan indeks CSI300 merosot 7,1% menjadi 3.955,98 poin. Kedua indeks tersebut membukukan kerugian satu hari terbesar sejak Februari 2020 dan menghentikan kenaikan beruntun yang terjadi selama 10 hari terakhir.
Indeks Shenzhen yang lebih kecil berakhir turun 8,65% dan indeks komposit ChiNext merosot 10,59%.
Nilai kapitalisasi saham kelas A yang terdaftar di Shanghai, Shenzhen, dan Beijing, turun 14,9% menjadi 2,96 triliun yuan. Padahal, sehari sebelumnya nilai kapitalisasi saham-saham kelas A mencapai rekor 3,48 triliun yuan.
Para analis pasar mengatakan para pejabat gagal memberikan rincian lebih lanjut mengenai langkah-langkah stimulus besar-besaran Beijing pada konferensi pers NDRC yang sangat dinanti-nantikan pada Selasa lalu. Hal ini membuat para investor kecewa.
"Pengumuman-pengumuman NDRC baru-baru ini sedikit mengecewakan, terutama karena tidak banyak stimulus baru atau panduan ke depan yang jelas,” kata Nori Chiou, direktur investasi di White Oak Capital, seperti dikutip Reuters. Namun, ia mengatakan kejatuhan saham-saham Cina kemarin bukanlah sebuah kekecewaan bagi banyak orang, mengingat kenaikan yang kuat pada sesi sebelumnya.
Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong, juga ditutup turun 1,4% ke level 20.637,24 poin. Meski demikian, Hong Kong tetap menjadi salah satu pasar dengan kinerja terbaik di kawasan Asia tahun ini setelah reli paling tajam dalam satu generasi selama beberapa minggu terakhir.