EY: IPO Energi Terbarukan di Indonesia Bakal Raih Momentum Seiring Target NZE

Nur Hana Putri Nabila
14 Oktober 2024, 18:45
IPO, BEI
Fauza Syahputra|Katadata
Ernst and Young (EY) Indonesia memprediksi penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dari sektor energi terbarukan akan menjadi primadona seiring meningkatnya minat pasar.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Ernst and Young (EY) Indonesia memprediksi penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dari sektor energi terbarukan akan menjadi primadona seiring meningkatnya minat pasar. Dalam lima tahun terakhir, ada beberapa IPO yang sukses dari perusahaan-perusahaan energi terbarukan, termasuk PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Partner Strategi dan Transaksi di EY Indonesia, Reuben Tirtawidjaja, menyatakan meskipun jumlah IPO di sektor energi terbarukan mungkin tidak terlalu mencolok, harga saham perusahaan-perusahaan tersebut telah meningkat setidaknya 30% sejak penawaran perdana hingga 30 September 2024. 

Menurut penelusuran Katadata.co.id, sejak IPO pada 2 September 2019 hingga 30 September 2024 harga saham KEEN sudah naik 15,25%. Harga saham PGEO sudah naik 29,71% sejak IPO pada 24 Februari 2023 hingga 30 September 2024. Harga saham ARKO sudah melonjak 244,64% sejak IPO pada 8 Juli 2022 hingga 30 September 2024. Adapun harga saham BREN mencatat kenaikan paling fenomenal, yakni 576,92% sejak IPO pada 9 Oktober 2023 hingga 30 September 2024. 

Ia menilai hal ini menunjukkan tingginya minat investor. Dengan demikian, sektor energi terbarukan akan semakin cerah sebab Indonesia berkomitmen untuk mencapai nol emisi bersih (net zero emission) pada 2060. Hal itu juga didukung dengan adanya harapan akan kebijakan yang mendukung dari pemerintahan baru terhadap industri energi terbarukan.

“Diharapkan lebih banyak perusahaan energi terbarukan akan melakukan IPO di tahun-tahun mendatang,” ujar Reuben. 

Menurut catatan EY, pasar IPO Indonesia mengalami perlambatan pada tiga kuartal pertama di tahun 2024. Ada 34 IPO yang berhasil mengumpulkan dana US$ 300 juta (Rp 4,68 triliun). Kinerja ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat 66 IPO dengan nilai US$3,3 miliar (Rp 51,47 triliun).

Selain itu, perolehan dana IPO Indonesia pada kuartal ketiga 2024 juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai US$1,4 miliar (Rp 21,8 triliun) dan Thailand US$ 600 juta (Rp 9,36 triliun).

“Perlambatan ini terutama disebabkan oleh pemilihan umum pada awal tahun ini dan antisipasi investor terhadap pembentukan pemerintahan baru pada Oktober 2024. Hal ini mempengaruhi keputusan seputar IPO karena investor semakin berhati-hati, dan banyak yang lebih memilih untuk mengambil pendekatan wait and see mengenai kebijakan pemerintah yang akan datang sebelum membuat keputusan investasi,” kata Reuben.

 27 Perusahaan Antre IPO

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 11 Oktober 2024 ada sebanyak 36 emiten telah resmi melantai di pasar modal, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 5,42 triliun. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, bursa juga mencatat ada 27 perusahaan lainnya yang masih berada dalam pipeline atau antrean untuk melakukan pencatatan saham.

"Saat ini, BEI juga mempersiapkan 27 perusahaan yang sedang dalam pipeline untuk segera mencatatkan saham mereka," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (12/10).

Berdasarkan klasifikasi aset, perusahaan-perusahaan ini terbagi dalam beberapa kategori, merujuk pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) POJK Nomor 53/POJK.04/2017. Di antara perusahaan tersebut, terdapat dua perusahaan dengan aset skala kecil, yang memiliki total aset di bawah Rp50 miliar.

Selain itu, ada 12 perusahaan dengan aset skala menengah, yakni di kisaran Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Sementara itu, 13 perusahaan lainnya masuk dalam kategori aset skala besar, dengan aset yang melebihi Rp 250 miliar. 

Adapun sektor energi menjadi salah satu kontributor terbesar, dengan lima perusahaan yang berencana melantai di bursa.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...