Wall Street Tertekan Setelah Microsoft, Meta Prediksi Investasi AI Membengkak
Ketiga indeks saham di bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup lebih rendah setelah Microsoft dan Meta Platforms menyoroti meningkatnya biaya kecerdasan buatan (AI) yang dapat menekan pendapatan mereka, Kamis (31/10). Hal ini mengurangi antusiasme investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar yang telah mendorong reli pasar tahun ini.
Harga saham Meta Platforms, pemilik Facebook, tergelincir 4,1% sedangkan harga saham Microsoft turun 6%. Padahal, kedua raksasa teknologi itu mengumumkan pendapatan perusahaan melampaui estimasi para analis dalam laporan keuangan yang terakhir.
Di antara perusahaan-perusahaan teknologi yang disebut Magnificent Seven, Amazon.com dan Apple melaporkan kinerja kuartalannya setelah penutupan pasar, Rabu (30/10). Pendapatan Amazon melampaui estimasi para pelaku pasar berkat pertumbuhan yang kuat di unit layanan cloud-nya. Pendapatan dan laba Apple juga melampaui ekspektasi pelaku pasar karena penjualan iPhone meningkat.
Harga saham Alphabet yang merupakan induk dari Google juga turun 1,9%.
“Anda memiliki tiga dari Magnificent Seven yang semuanya mengatakan pada dasarnya mereka memiliki anggaran terbuka untuk pengeluaran AI dan investor tidak suka mendengarnya,” kata Carol Schleif, kepala investasi di BMO Family Office, seperti dikutip Reuters, Kamis (31/10).
Menurut Schleif, implikasi dalam jangka menengah dan jangka panjang dari investasi AI ini akan sangat penting bagi pertumbuhan jangka panjang dan produktivitas AS. "Dalam jangka pendek, investor bertanya di mana keuntungannya?” ujarnya.
Microsoft dan Meta mengatakan biaya modal (capital expenditure) mereka meningkat karena investasi AI, sehingga berpotensi mengurangi profitabilitas.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 378,08 poin, atau 0,90%, menjadi 41.763,46. Indeks S&P 500 juga turun 108,22 poin, atau 1,86% ke level 5.705,45. Adapun Nasdaq Composite turun 512,78 poin atau 2,76% menjadi 18.095,15.
Investor Bersiap Menghadapi Volatilitas Jelang Pemilu AS
Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi, metrik inflasi pilihan Federal Reserve, naik 0,2% pada September, sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Namun, inflasi inti yang mencapai 2,7% dari tahun ke tahun, sedikit di atas perkiraan para ekonom yang sebesar 2,6%. Adapun belanja konsumen meningkat sedikit lebih banyak dari yang diharapkan.
Setelah data tersebut, para pialang tetap bertaruh untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed 6-7 November.
“Kami memperkirakan mereka akan memangkas suku bunga seperempatnya pada minggu depan karena tidak ada data minggu ini yang akan membuat mereka keluar dari perkiraan tersebut,” kata Schleif.
Indeks saham sektor teknologi informasi memimpin penurunan di antara sektor-sektor yang ada di Wall Street. Namun, kinerja yang positif dari ConocoPhillips dan Entergy mengangkat saham-saham sektor energi dan utilitas.
Indeks saham-saham produsen cip turun 4%, dipimpin oleh penurunan 17,4% di saham Monolithic Power Systems. Produsen produk kontrol daya dan semikonduktor yang digunakan untuk kendaraan ini melaporkan kinerja yang berada di bawah ekspektasi pelaku pasar. Harga saham Nvidia juga turun 4,7%.
Indeks VIX yang merupakan indikator “pengukur rasa takut” Wall Street, meningkat karena investor bersiap-siap untuk menghadapi lebih banyak volatilitas dalam beberapa minggu ke depan. Kinerja kuartalan dari sejumlah emiten, pemilihan presiden AS pada 5 November, dan pertemuan penetapan kebijakan The Fed menjadi faktor-faktor yang menyebabkan volatilitas tersebut.