Permintaan Timah Dunia Naik Bikin TINS Berhasil Balik Rugi Jadi Untung Rp 908 M
PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan laba sebesar Rp 908,81 miliar pada periode Januari hingga September 2024. Mengutip laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja keuangan TINS selama sembilan bulan tercatat progresif, terutama setelah sebelumnya di periode yang sama tahun lalu emiten tambang ini mengalami kerugian Rp 87,43 miliar.
Perbaikan kondisi keuangan tersebut ditopang oleh kenaikan total pendapatan sebesar 22,79% menjadi Rp 8,25 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, emiten timah ini hanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp6,37 triliun. Capaian laba tersebut terjadi di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 15%, dari US$ 27.017 per metrik ton pada periode Januari hingga September 2023 menjadi US$31.183 per metrik ton hingga September 2024.
Hingga kuartal III-2024, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 15.189 ton atau naik 36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 11.201 ton. Kemudian produksi logam naik 25% menjadi 14.440 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11.540 metrik ton, sedangkan penjualan logam timah naik 21% menjadi 13.441 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11.100 metrik ton.
Faktor peningkatan produksi pada kuartal III-2024 jika dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya penambahan jumlah unit tambang darat, pembukaan lokasi baru, jumlah kapal isap produksi dan ponton isap produksi yang beroperasi, sehingga secara bertahap memperbaiki kinerja operasi produksi Perseroan.
Dalam kurun waktu sembilan bulan di 2024, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 91% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Singapura 16%; Korea Selatan 15%, India 11%, Jepang 10%, Amerika Serikat 9% dan Belanda 8%.
Disisi lain, harga pokok pendapatan perseroan juga naik sebesar 4,5% dari Rp5,79 triliun pada periode Januari hingga Desember 2023 menjadi Rp6,05 triliun di 2024. Sehingga Perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp1,42 triliun dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp2,08 triliun atau 194% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Di sisi lain nilai aset perseroan turun 0,3% menjadi Rp 12,82 triliun dari Rp 12,85 triliun dibandingkan posisi aset akhir tahun 2023. Sementara, posisi liabilitas Perseroan turun 14,8% sebesar Rp 5,63 triliun, dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,61 triliun dikarenakan berkurangnya interest bearing debt (IBD).
Posisi ekuitas sebesar Rp 7,18 triliun, naik 15,1% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,24 triliun. Kinerja keuangan Perseroan menunjukkan, beberapa rasio keuangan penting di antaranya quick ratio sebesar 76,0%, current ratio sebesar 249,0%, debt to asset ratio sebesar 44,0%, dan debt to equity ratio sebesar 78,4%.
Dalam meningkatkan kinerja keuangan, perseroan melakukan reprofiling pinjaman dan refinancing pinjaman jangka panjang dengan suku bunga yang lebih kompetitif serta telah menurunkan interest bearing debt sebesar Rp 1,4 triliun dari Rp 3,5 triliun di akhir tahun 2023 menjadi Rp 2,1 triliun di September 2024. Hal ini berdampak pada peningkatkan Kesehatan rasio keuangan perseroan.