Laba Vale (INCO) Rontok 76,9% Jadi Rp 873,36 Miliar hingga Sepetember 2024
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat penurunan laba sebesar 76,9% menjadi US$ 51,1 juta atau setara Rp 873,36 miliar dengan kurs Rp 15.860 per dolar hingga September 2024. Perolehan tersebut jauh di bawah laba perusahaan di periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,78 triliun.
Mengutip laporan keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), turunnya laba perusahaan terjadi karena, adanya penurunan pendapatan pada periode Januari-September 2024 yang hanya Rp 11,25 triliun.
Angka pendapatan tersebut turun 24,3% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 14,86 triliun. Adapun beban usaha tercatat Rp 340,89 miliar hingga September 2024 angka ini tidak jauh berbeda dengan beban usaha perusahaan di periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut juga diperparah dengan turunnya harga nikel dalam sembilan bulan terakhir. Hingga September 2024 nikel dijual dengan nilai US$ 17.390 atau Rp 275,63 juta per ton. Harga ini jauh di bawah harga nikel di periode yang ama di tahun sebelumnya yang mencapai US$ 20.198 atau setara Rp 319,75 juta per ton. Angka tersebut memiliki selisih harga besar yaitu sekitar Rp44 juta per ton.
Sebagai informasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang sebelumnya dikenal sebagai PT International Nickel Indonesia, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel.
Perusahaan ini didirikan pada 1968 usai memperoleh izin dari pemerintah Indonesia untuk mengeksplorasi, menambang, dan mengolah nikel.
Pada tahun 1973, perusahaan membangun smelter pertamanya di Sorowako, Sulawesi Selatan. Kemudian pada tahun 1977 juga dibangun generator bertenaga air. Produksi komersialnya dimulai pada tahun 1978 dan melakukan IPO pada bulan Mei 1990.
Pada bulan Januari 1996, izinnya diperpanjang hingga Desember 2025. Perusahaan terus berkembang dengan membangun pembangkit listrik tenaga air, fasilitas pengolahan limbah pertambangan, dan melakukan program rehabilitasi pascatambang.