Saham BCA, BRI, BNI dan Mandiri Melemah Seiring Kenaikan Inflasi November

Nur Hana Putri Nabila
2 Desember 2024, 19:48
Sejumlah mahasiswa berkumpul di dekat layar yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Katadata/Fauza Syahputra
Sejumlah mahasiswa berkumpul di dekat layar yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga saham empat emiten perbankan raksasa Indonesia kompak melemah seiring inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia naik dari 0,30% menjadi 0,80% pada November 2024. Saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Bank Central Asia Tbk atau BCA turun 2,50% saat penutupan perdagangan hari ini.

Kemudian diikuti oleh tiga emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), hingga PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BMRI).

Saham BBCA turun 2,50% ke level Rp 9.750 per lembar saham dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 1,190 triliun pada penutupan perdagangan saham sore ini, Senin (2/12),  Selain BBCA, saham BBRI juga ikut tergelincir 1,88% ke Rp 4.170 per lembar saham dan kapitalisasi pasarnya menyentuh Rp 625,7 triliun. Kemudian diikuti oleh BMRI yang terkoreksi 2,44% ke level Rp 6.000 dan kapitalisasi pasarnya menjadi Rp 554,4 triliun.

Terakhir saham BBNI juga terkoreksi paling besar dari tiga saham raksasa lainnya, yakni merosot 5,42% hingga bertengger di level Rp 4.710 dan kapitalisasi pasarnya susut menjadi Rp 174 triliun.

Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menjelaskan kenaikan IHK dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 106,33 pada November 2024. "Inflasi November 2024 lebih tinggi dari inflasi Oktober 2024 tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan November 2023," kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Selasa (2/12).

Komponen terbesar penyumbang inflasi bulanan adalah makanan, minuman, dan tembakau 0,78% dan memberi andil inflasi 0,22% pada November 2024. Komoditas yang menyumbang inflasi ini adalah bawang merah dan tomat, yang masing-masing memberi andil inflasi 0,10%.

Sementara itu, terdapat komoditas lain yang menyumbang inflasi adalah emas dan perhiasan yang memberi andil inflasi 0,04%, daging ayam ras dan minyak goreng dengan andil inflasi 0,03%.

"Kemudian bawang putih, ikan segar, sigaret kretek mersin (SKM), tarif angkutan udara dan kopi bubuk memberi andil inflasi masing-masing 0,01%," kata Amalia. Tingkat inflasi secara tahunan justru turun menjadi 1,55% secara tahunan (yoy) pada November 2024, turun dari 1,71% yoy pada Oktober 2024, mendekati batas bawah kisaran target.

Sesuai Prediksi Ekonom

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan inflasi IHK naik secara bulanan menjadi 0,30% pada November 2024, naik dari 0,08% mom pada Oktober 2024.

“Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan permintaan musiman menjelang akhir tahun, bertepatan dengan liburan Natal dan tahun baru, sejalan dengan pola musiman pada umumnya,” kata Josua di Jakarta, Senin (1/12).

Seiring dengan berkurangnya dampak dari musim panen, harga-harga pangan secara umum meningkat. Indeks harga bergejolak, yang sebagian besar mencakup komoditas pangan, diperkirakan akan mencatat tingkat inflasi bulanan sebesar 0,95% mom.

Josua bilang ini naik secara signifikan dari -0,11% mom pada Oktober 2024, yang sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan harga bawang merah, daging ayam, dan minyak goreng. Indeks harga yang diatur pemerintah juga diperkirakan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,12% mom, berbalik dari -0,25% mom pada Oktober 2024, didorong oleh harga bahan bakar nonsubsidi yang lebih tinggi.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...