Laba Bumi Resources Melonjak 110%, Bakal Bagi Dividen Usai Absen 11 Tahun?
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) buka suara soal potensi pembayaran dividen 2024 usai membukukan laba US$ 122,86 juta atau setara Rp 1,86 triliun dengan asumsi kurs jisdor Rp 15.144. Perolehan laba melonjak 110,87% hingga September 2024, dari sebelumnya US$ 58,26 juta.
Corporate Secretary Bumi Resources, Dileep Srivastava, mengatakan pembagian dividen merupakan prioritas manajemen BUMI. Perusahaan pasti memiliki keinginan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham.
"Kami akan tunggu keuangan 2024 yang sudah diaudit, setelah itu kami bisa mengambil keputusan mengenai kelayakan kuasi reorganisasi," kata Dileep saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (3/12).
Menurut catatan Katadata.co.id pada Juni 2024, Dileep pernah mengatakan perusahaan tidak memenuhi parameter sebagai syarat untuk kuasi reorganisasi. Mengutip penjelasan di situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kuasi reorganisasi adalah prosedur akuntansi untuk merestrukturisasi ekuitas dengan mengeliminasi saldo laba negatif.
Salah satu syarat kuasi reorganisasi yang tertera dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP- 718/BL/2012 yakni terdapat saldo laba negatif dianggap material dalam laporan keuangan tahunan yang diaudit selama tiga tahun terakhir.
Saldo laba negatif dianggap material jika nilai absolut saldo laba negatif tersebut lebih dari 60% dari modal disetor perusahaan. Selain itu, nilai absolut saldo laba negatif sepuluh kali dari rata-rata laba tahun berjalan selama tiga tahun terakhir. Sayangnya, syarat tersebut tidak terpenuhi.
"Rata-rata laba tiga tahun terakhir tidak memenuhi minimal sepuluh kali laba ditahan negatif," kata Dileep kepada Katadata.co.id, Rabu (5/6).
Berdasarkan jejak laporan keuangan, perseroan mulai memiliki posisi negatif pada laba ditahannya di 2012, yaitu sebesar US$ 433 juta. Hal ini disebabkan oleh rugi tahun berjalan sebesar US$ 666,2 juta dan pembagian dividen tunai sebesar US$ 33,9 juta. Transaksi signifikan yang menyebabkan rugi tahun berjalan di 2012 yakni beban bunga sebesar US$ 620,5 juta. Ini sehubungan dengan pinjaman perseroan dan rugi atas transaksi derivatif sebesar US$ 344,9 juta.
Posisi laba ditahan terus mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah di tahun 2015, yaitu negatif US$ 3.357,1 juta. Pemicunya yakni perseroan mengalami kerugian pada periode tersebut.
Sejak 2016, perseroan mulai mencatatkan posisi laba tahun berjalan yang positif. BUMI hanya mencatatkan kerugian di 2020. Adapun kerugian tersebut utamanya disebabkan oleh beban bunga atas utang PKPU yang kemudian sudah dilunasi pada Oktober 2022.
Posisi positif atas laba tahun berjalan untuk periode 2016 sampai tahun 2022, membuat posisi laba ditahan BUMI bergerak dari negatif US$3,36 miliar di 2016 menjadi negatif US$ 2,35 miliar di 2023. Setelah utang PKPU dilunasi pada Oktober 2022, tidak ada lagi beban untuk Bumi Resources. Selain itu, harga batu bara yang cukup tinggi semakin membuat prospek perseroan semakin baik.
Hal ini sudah memenuhi syarat dalam kuasi reorganisasi, yaitu memiliki prospek yang baik dengan dibuktikan dengan adanya laba usaha atau laba operasional, dan laba tahun berjalan. Perseroan pun berencana melakukan restrukturisasi terhadap modal melalui kuasi organisasi agar bisa membagikan dividen kepada pemegang saham.
Apabila kuasi reorganisasi tidak dilakukan maka sulit untuk membagikan dividen dalam waktu dekat. "Sekalipun dari sisi keuangan, perseroan memiliki prospek keuangan yang baik," tulis manajemen.
Jejak Dividen Bumi Resources, 2008 Paling Tinggi
Bumi Resources sudah sebelas tahun tidak membagikan dividen. Terakhir kali, BUMI membagikan dividen tahun buku 2011 pada 2012. Saat itu BUMI membagikan Rp 14,31 per saham. Total dividen yang dibagikan BUMI untuk tahun buku 2011 adalah Rp 297,2 miliar.
Jika perusahaan absen memberikan dividen untuk tahun buku 2023, berarti BUMI sudah 12 tahun BUMI tidak membagikan dividen. Menelisik jejak pembagian dividen, BUMI membagikan dividen terbesarnya untuk tahun buku 2008 yakni Rp 50,6 per saham saat itu.
Total dividen yang dibagikan tersebut setara dengan 15% dari laba bersih tahun 2008 atau sebesar US$ 96,804 juta