Incar Dana Rp 3,74 Triliun, MR DIY Tetapkan Harga IPO 1.650
PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) atau MR DIY menetapkan harga saham pada penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 1.650 per lembar saham. Harga tersebut merupakan batas bawah dari kisaran harga yang ditetapkan dalam book building Rp 1.650 - Rp 1.870.
MR DIY akan melepas 251 miliar lembar saham atau 10% dari modal disetor dan ditempatkan pasca-IPO. Calon emiten dengan kode MDIY ini akan meraup dana segar Rp 3,74 triliun dari IPO tersebut.
Perusahaan dijadwalkan melantai di Bursa Efek Indonesia atau BEI pada 19 Desember 2024. PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran saham perdana Daya Intiguna Yasa.
Berikut ini detail rencana penggunaan dana IPO MR DIY:
- Sekitar 60% akan digunakan untuk pembayaran sebagian pokok utang kepada PT Bank CIMB Niaga (Bank CIMB).
- Sekitar 30% akan digunakan oleh perusahaan anak usaha perusahaan untuk biaya pembukaan toko baru yang terdiri dari biaya deposit dan uang muka sewa toko, renovasi, pengadaan perabotan dan perlengkapan toko di wilayah Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, dan Kepulauan Maluku. Pemberi sewa, penyedia jasa renovasi, pengadaan perabotan, dan penjual perlengkapan, seluruhnya merupakan pihak ketiga yang tidak memilki hubungan afiliasi dengan perseroan. Penggunaan dana tersebut direncanakan dilakukan pada 2025 sampai 2026.
- Sekitar 10% akan digunakan oleh PT Duta Sentosa Yasa (DSY) untuk modal kerja operasional yang mencakup, namun tidak terbatas untuk biaya pembelian persediaan, biaya logistik, dan sebagainya.
Demi menarik minat investor, setelah IPO manajemen MR.DIY berencana membagikan dividen minimal 40% dari laba bersih setelah pajak kepada seluruh pemegang saham.
Harga Sahamnya Diramal Lebih Mahal dari ACES
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira memperkirakan valuasi calon emiten ritel penjual perkakas ini akan lebih mahal ketimbang pesaingnya di industri serupa yang sudah lebih dulu melantai di BEI.
Berdasarkan data keuangan Juni 2024, rasio harga terhadap laba atau price earning ratio (PER) MDIY sekitar 15-17 kali. Menurutnya, angka ini lebih tinggi dibandingkan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) yang hanya 15 kali sehingga harga saham MDIY terlihat lebih mahal.
Selain itu, rasio harga saham terhadap nilai buku atau price-to-book value (PBV) MDIY mencapai 19-22 kali, jauh lebih tinggi dibandingkan ACES yang hanya sekitar 2 kali.
“Jadi valuasi MDIY cenderung mahal,” kata Desmond ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (26/11).
Ia mengatakan MDIY hanya mengalokasikan sekitar Rp 400 miliar dari dana IPO untuk ekspansi bisnis. Sebagian besar dana IPO justru digunakan untuk membayar utang. Ia menyebut hal ini menjadi kurang menarik karena berpotensi membatasi pertumbuhan bisnis MDIY ke depan.
Dari sisi prospek, meskipun laba bersih MDIY pada semester pertama 2024 tumbuh signifikan sebesar 228% secara tahunan atau year-on-year (yoy), rencana penerapan PPN 12% pada 2025 dapat menekan pertumbuhan bisnis perusahaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Karena itu, ia menilai IPO MDIY kali ini kurang menarik secara fundamental karena valuasinya yang mahal dan waktu pelaksanaan IPO yang kurang ideal. “IPO MDIY bertepatan dengan kondisi daya beli dan ekonomi yang sedang turun,” ujarnya.