Bos AEI Sebut Beberapa Calon Emiten Mundur, Target IPO 2024 Tak Tercapai
Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menyebut beberapa calon emiten mundur dari rencana mereka mencatatkan sahamnya melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Target BEI untuk meraih 62 emiten baru sepanjang tahun ini berpotensi tidak tercapai.
Hingga pertengahan Desember 2024, realisasi IPO di BEI mencapai 40 perusahaan. Hal ini menunjukkan BEI masih perlu menambahkan 22 perusahaan lagi untuk mencapai target tersebut.
Direktur Utama Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Armand Wahyudi Hartono mengatakan beberapa perusahaan yang seharusnya melakukan IPO tahun ini justru memilih mundur karena ketidakpastian kondisi pasar global.
Meskipun demikian, ia menyatakan AEI terus berupaya memberikan edukasi kepada calon emiten untuk IPO. Namun, keputusan akhirnya tetap berada di tangan perusahaan yang akan IPO.
Ketika ditanya perusahaan dari sektor ekonomi mana yang batal IPO, Armand enggan menjawab. “Karena situasi pasar masih banyak ketidakpastian, calon emiten yang sudah mau masuk (IPO), terus enggak jadi,” kata Armand di Gedung BEI, Jumat (13/12).
Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) sekaligus Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, buka suara soal tren penawaran umum perdana saham melalui initial public offering (IPO) di BEI yang melambat.
Menurut data Bursa Efek Indonesia, sepanjang tahun ini terdapat 40 perusahaan yang melakukan IPO dengan total pendanaan sebesar Rp 10,19 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencatat 79 perusahaan IPO dengan pendanaan mencapai US$ 3,6 miliar atau Rp 57,65 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.013/US$).
Menanggapi hal tersebut, Airlangga berharap tren IPO dapat kembali meningkat. Ia juga menyoroti pentingnya memperdalam struktur IPO di dalam negeri untuk mendorong aktivitas ekonomi dan meningkatkan partisipasi masyarakat di pasar modal.
“Kami tetap berharap bahwa IPO akan terus bisa ditingkatkan dan underwriter diberi kekuatan lagi karena beberapa kali kami harus mengundang investor luar negeri dari Singapura, Hong Kong, hingga Eropa,” kata Airlangga di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (13/12).
24 Emiten dalam Pipeline IPO
BEI melaporkan hingga saat ini terdapat 24 perusahaan yang antre untuk mencatatkan sahamnya. I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan sebanyak 17 perusahaan dari 24 perusahaan itu merupakan perusahaan yang memiliki aset jumbo.
Merujuk pada kategori perusahaan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat satu perusahaan skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar yang masuk dalam pipeline. Enam perusahaan dalam pipeline tergolong skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Adapun 17 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
"Sampai dengan 6 Desember 2024 telah tercatat 40 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 10,19 triliun," kata Nyoman dalam laporannya, dikutip Senin (9/12).
Berikut informasi calon emiten dalam pipeline IPO BEI berdasarkan sektor usahanya:
- 2 perusahaan dari sektor material dasar
- 3 perusahaan dari sektor konsumer siklikal
- 7 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- 3 perusahaan dari sektor energi
- 2 perusahaan dari sektor finansial
- 2 perusahaan dari sektor kesehatan
- 2 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 2 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik