Wall Street Anjlok, Tertekan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed di 2025
Bursa Wall Street ambruk pada hari Rabu (18/12) dan Dow Jones Industrial Average anjlok beruntun selama sepuluh hari. Hal ini karena sentimen pasar terguncang akibat proyeksi suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang mengecewakan untuk tahun depan.
Dow Jones Industrial Average anjlok 1.123,03 poin atau 2,58% ke level 42.326,87, menandai penurunan beruntun terburuk sejak rekor 11 hari pada 1974. Penurunan ini juga merupakan yang terbesar sejak Agustus dan kedua kalinya pada 2024. Dow Jones tercatat kehilangan lebih dari 1.000 poin dalam satu sesi.
S&P 500 juga tergelincir 2,95% menjadi 5.872,16. Nasdaq Composite juga terperosok 3,56% ke 19.392,69, dengan kerugian yang terus meningkat hingga penutupan pasar saham.
The Fed menurunkan suku bunga pinjaman sebesar 0,25% ke kisaran target 4,25%-4,5%, sesuai ekspektasi. NamunThe Fed hanya berencana menurunkan suku bunga dua kali pada 2025. Jumlah tersebut lebih rendah dari perkiraan empat kali pada September 2024.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir memberikan fleksibilitas bagi bank sentral. Hal ini memungkinkan The Fed untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dalam mengevaluasi penyesuaian kebijakan selanjutnya.
Sebelumnya, pelaku pasar masih optimistis bahwa The Fed akan agresif menurunkan suku bunga pada 2025 hingga mendorong pasar ke arah bullish. Namun, pandangan hati-hati The Fed membuat imbal hasil obligasi melonjak, menekan harga saham, dengan imbal hasil treasury 10 tahun naik di atas 4,50%.
Peluang Penurunan Suku Bunga yang Kecil Tak Disukai Pasar
CEO DoubleLine Capital, Jeffrey Gundlach menilai, aset berisiko dan tingginya nilai pasar saham cenderung tidak menyukai peluang penurunan suku bunga yang lebih kecil.
"Saya menyimpulkan bahwa tidak akan ada pemangkasan suku bunga secara agresif dan pasar tampaknya sudah menyadari hal itu,” ucap Gundlach, dikutip dari CNBC, Kamis (19/12).
Adapun indeks Dow secara beruntun dimulai setelah mencapai penutupan di atas 45.000 untuk pertama kalinya pada 4 Desember. Selama periode ini, total penurunan Dow telah mencapai 6%.
Kepala Strategi Pasar Global di TradeStation, David Russell, mengatakan bahwa tidak ada kejutan positif dari The Fed menjelang Natal. Pembuat kebijakan memproyeksikan inflasi yang lebih tinggi dan tingkat pengangguran yang lebih rendah pada 2024, sehingga tidak ada alasan untuk bersikap dovish dengan melihat prospek tersebut.
"Pelonggaran dilakukan sekarang karena suku bunga tidak lagi secara jelas membatasi. Ini adalah waktu yang tepat untuk berhenti sejenak,” ucapnya.
Sebelum naik pada Rabu, penurunan terbesar Dow dalam beberapa dekade terakhir karena pergeseran investasi. Banyak investor beralih dari saham-saham lama ke saham teknologi. Namun pada hari Rabu, pasar secara keseluruhan terpukul. Kerugian S&P 500 menjadi yang terburuk sejak Agustus, sehingga mengurangi kenaikan tahun 2024 menjadi 23%.