Wall Street Rontok di Awal 2025, Dipicu Penurunan Saham Apple dan Tesla
Indeks utama Wall Street di Amerika Serikat anjlok pada perdagangan hari Kamis (2/1). Kedua indeks tersebut melanjutkan tren penurunan yang sudah terjadi sejak akhir 2024.
Dow Jones turun 177 poin atau sekitar 0,4%, diikuti oleh S&P 500 dan Nasdaq Composite yang juga turun 0,4%. Padahal, di awal perdagangan, Dow sempat naik lebih dari 300 poin, namun akhirnya berbalik merosot di tengah sesi.
Saham teknologi raksasa seperti Apple dan Tesla turut membebani pasar pada Kamis (2/1). Saham Apple merosot 3%, sedangkan Tesla anjlok 6% setelah melaporkan turunnya pengiriman tahunan di 2024. Sebaliknya saham Nvidia naik 2,4%, sedikit menahan dampak dari penurunan saham teknologi besar.
Pergerakan lesu ini terjadi setelah melewati tahun 2024 dengan S&P 500 naik 23%. Namun, tahun itu ditutup dengan performa buruk, mencatat penurunan selama empat hari berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 1966.
Pakar Strategi Investasi Senior Edward Jones, Angelo Kourkafas, mengatakan bahwa pasar saat ini sedang berada dalam kemunduran setelah melewati fluktuasi tahun 2024. Ia mengatakan, valuasi dan sentimen pasar sebelumnya sudah terlalu optimis hingga mencapai tingkat euforia.
“Kami melihat pasar sedang mencoba menyesuaikan diri dari kondisi yang terlalu tinggi dalam jangka pendek,” ucap Kourkafas, dikutip CNBC, Jumat (3/1).
Bagaimana dengan Reli Sinterklas?
Ia juga mengatakan penurunan beruntun ini membuat "Reli Sinterklas" sulit terwujud. Reli tersebut seharusnya ditandai dengan kenaikan saham selama lima hari terakhir tahun kalender dan dua hari pertama di Januari.
Berdasarkan data Dow Jones sejak 1950, indeks rata-rata naik 1,3% dalam periode tersebut dan mencatatkan kenaikan hampir 80%. Sementara itu, saat saham melemah pada sesi Kamis, imbal hasil obligasi 10 tahun sempat mendekati 4,6%.
Kenaikan suku bunga ini dapat menarik minat investor untuk beralih ke pendapatan tetap, terutama bagi mereka yang khawatir dengan valuasi pasar saham. Kepala Strategi Investasi di SoFi, Liz Young Thomas, menyarankan untuk tidak membeli saham di harga tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH).
"Saat ini, investor masih bisa menyimpan uang dalam bentuk tunai. Biarkan di sana, tunggu waktu yang tepat untuk masuk, dan pilih saham tertentu dengan lebih cermat,” ucapnya.
Sepanjang minggu ini, pasar diperdagangkan lebih singkat karena libur, sehingga tidak banyak data ekonomi yang dirilis. Namun, laporan pada Kamis menunjukkan bahwa jumlah klaim pengangguran, baik awal maupun lanjutan, turun dibandingkan minggu sebelumnya.