BEI Tunggu Klarifikasi Bukalapak soal Penutupan Marketplace
Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara usai PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menutup bisnis e-commerce. Hingga saat ini perusahaan baru menggunakan dana IPO sebesar Rp 11,94 triliun dan masih menyimpan sisanya Rp 9,82 triliun per Juni 2024. Mayoritas dari dana yang terisa atau Rp 8,7 triliun masih mengendap di obligasi.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan bahwa BEI menjelaskan, telah meminta Bukalapak memberikan penjelasan lebih lanjut terkait penutupan penjualan produk fisik. Nyoman menambahkan bahwa BUKA akan tetap menjual produk digital di e-commerce mereka, meski telah menutupn penjualan produk fisik.
“BUKA itu kan menjual produk fisik dan nonfisik, yang fisik itu yang akan ditutup, tapi e-commerce-nya tetap jalan,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (9/1).
Tak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa BUKA tidak menutup semua lini bisnis utamanya dan hanya penjualan produk fisik tertentu yang akan dihentikan. Nyoman menyebut e-commerce Bukalapak menyumbang lebih dari 50% pendapatan dan akan tetap beroperasi.
“Dan kami (otoritas BEI) juga tanyakan mengenai relevansi dana yang dihimpun,” tambah Nyoman.
Maka dari itu, Nyoman memastikan langkah BUKA untuk menghentikan penjualan produk fisik merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan efisiensi. Menurutnya, Bukalapak fokus pada aspek yang memberikan profitabilitas atau menyumbang pendapatan lebih tinggi.
“Dari e-commerce itu kelihatan bahwa yang nonfisik itu lebih tinggi, makanya dia (Bukalapak) fokus ke situ,” ungkapnya.
Uang Hasil IPO Bukalapak Masih Mengendap di Obligasi Rp 8,7 T
PT Bukalapak Tbk (BUKA) menutup bisnis e-commerce pada Selasa (7/1), hanya selang kurang dari empat tahun setelah memperoleh dana hingga Rp 21,3 triliun melalui pencatatan saham perdana atau IPO. Lebih dari sepertiga atau Rp 8,7 triliun dari dana tersebut bahkan masih disimpan dalam bentuk surat utang atau obligasi.
Berdasarkan data terakhir Bukalapak yang diterbitkan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan baru menggunakan dana IPO mencapai Rp 11,94 triliun dan masih menyimpan sisanya Rp 9,82 triliun per Juni 2024. Mayoritas dari dana yang terisa atau Rp 8,7 triliun masih mengendap di obligasi.
Untuk apa Dana IPO Bukalapak?
Menurut data penggunaan dana hasil penawaran umum perdana per Juni 2024, sisa dana hasil IPO ditempatkan pada sejumlah di sejumlah instrumen seperti deposito, obligasi dan giro.
Sekretaris Perusahaan Cut Fika Lutfi menjelaskan, ada dana yang disimpan di dua akun deposito senilai Rp 883,54 miliar yang mendapatkan bunga 6% hingga 7%. Perusahaan menyimpan deposito di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. Bukalapak juga terekam menyimpan dana IPO di enam akun giro dengan total dana Rp 33,85 miliar dengan bunga 0-3,25%.
Sementara dana ipo yang ditempatkan di surat utang senilai Rp 8,7 triliun terbagi pada 20 seri obligasi dengan imbal hasil dari 4,13% hingga 8,38%. Sehingga sisa dana penggunaan IPO Rp 9,82 triliun dengan total penggunaan Rp 11,49 triliun.
Di sisi lain, perusahaan mencatat realisasi penggunaan dana IPO sebesar Rp 11,49 triliun. Dari dana tersebut, Rp 6,64 triliun digunakan untuk modal kera perseroan, sebesar Rp 1,14 triliun untuk modal kerja entitas anak yakni PT Buka Mitra Indonesia Rp 1,14 triliun, dan Rp 16,96 miliar untuk modal kerja entitas anak lainnya yakni PT Buka Usaha Indonesia.
Dana IPO yang masih disimpan Bukalapak bertambah dibandingkan posisi akhir Desember 2023 yang mencapai Rp 9,33 triliun. Perusahaan sejak itu menyimpan dana di instrumen deposito, obligasi., dan reksa dana.