Tutup Bisnis E-Commerce, Ini Kondisi Keuangan dan Rencana Masa Depan Bukalapak
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memastikan, marketplace mereka tetap beroperasi meskipun bisnis e-commerce ditutup. Perusahaan, antara lain akan fokus pada layanan produk virtual dan memastikan kondisi keuangan tetap solid.
Manajemen Bukalapak menyampaikan, perubahan dinamika pasar dan persaingan di industri mendorong perusahaan untuk menyesuaikan strategi jangka panjang. Langkah tersebut demi tetap dapat bertahan dan relevan ke depan.
Perusahaan pun memutuskan untuk secara bertahap menghentikan layanan penjualan produk fisik di platform Bukalapak, yang akan dimulai pada Februari 2025 sebagai bagian dari strategi tersebut.
“Kami ingin menegaskan bahwa perubahan ini adalah langkah yang diperlukan untuk fokus pada lini bisnis yang telah kami kembangkan dan yang memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar,” ungkap manajemen Bukalapak dalam keterangannya, Kamis (9/1).
Berikut fokus Bukalapak usai bisnis e-commerce ditutup:
1. Transformasi Bisnis untuk Keberlanjutan
Meskipun layanan penjualan produk fisik dihentikan, Bukalapak tetap akan mengoperasikan marketplace-nya, tanpa ada perubahan signifikan dalam kegiatan usaha perusahaan. Penghentian layanan tersebut diperkirakan tidak akan berdampak material terhadap pendapatan perusahaan. Ini mengingat penjualan produk fisik hanya menyumbang sekitar 3% dari total pendapatan Bukalapak.
“Sebaliknya, langkah ini mendukung upaya kami untuk mencapai EBITDA positif dan memastikan keberlanjutan bisnis yang sehat dan menguntungkan,” kata manajemen.
2. Fokus pada Produk Virtual
Bukalapak optimistis bahwa dengan fokus pada layanan produk virtual, Bukalapak dapat memperkuat posisi dalam ekosistem digital dan memberikan layanan terbaik bagi penggunanya. Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk tetap relevan dan kompetitif di industri.
3. Mempertajam Fokus Bisnis
Bukalapak juga telah mengembangkan berbagai lini bisnis baru seperti Mitra Bukalapak, Gaming, Investasi, dan Retail dalam beberapa tahun terakhir. Manajemen BUKA melihat prospek yang positif di segmen-segmen tersebut, yang juga menjadi bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan.
4. Kondisi Keuangan Solid
Bukalapak mencatatkan kas, setara kas, dan investasi likuid sebesar Rp 19 triliun hingga kuartal ketiga 2024. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan dan entitas anak perusahaan, yang bertujuan memberikan manfaat optimal bagi para pemangku kepentingan, terutama pemegang saham.
5. Panduan bagi Pelapak terkait Transformasi Bukalapak
Bukalapak memastikan komitmen untuk mendukung para pelapak dalam menghadapi perubahan dengan menyediakan berbagai panduan dan sumber daya agar proses transisi dapat berjalan dengan lancar dan aman.
“Kami juga menghargai kepercayaan yang telah pelanggan berikan selama ini dan akan memastikan hak-hak pelanggan tetap terpenuhi hingga akhir proses transisi,” ucapnya.
Analis Rekomendasi Beli Saham BUKA
Analis merekomendasikan beli saham PT Bukalapak.com Tbk atau BUKA setelah perusahaan mengumumkan penutupan bisnis e-commerce. Penutupan bisnis e-commerce dinilai menjadi keputusan yang tepat untuk memperbaiki kinerja Bukalapak. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan penutupan e-commerce merupakan langkah yang tepat.
"Ini memang harus demikian untuk menyehatkan kinerja laporan keuangan BUKA, untuk jangka panjang ya, butuh titik profitabilitas," kata Nafan kepada Katadata, Kamis (9/1).
Jika Bukalapak menutup layanan produk e-commerce, menurutnya, perusahaan diprediksi dapat semakin menekan biaya atau biaya operasional. "Untuk rekomendasi saham BUKA akumulatif buy (beli)," tuturnya.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, konsensus 21 analis dari berbagai sekuritas yang terpantau dari aplikasi Stockbit menunjukkan 15 analis memberikan rekomendasi beli untuk saham BUKA. Target harga rata-rata untuk saham BUKA adalah Rp 191 per saham, dengan target harga tertinggi Rp 370 dan target harga terendah Rp 105.