RI Gabung BRICS, BEI Ungkap Dampak ke Pasar Modal

Nur Hana Putri Nabila
10 Januari 2025, 17:30
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkap dampak yang akan terjadi pada investasi pasar modal, usai Indonesia resmi bergabung menjadi anggota BRICS.
Fauza Syahputra|Katadata
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkap dampak yang akan terjadi pada investasi pasar modal, usai Indonesia resmi bergabung menjadi anggota BRICS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkap dampak yang akan terjadi pada investasi pasar modal, usai Indonesia resmi bergabung menjadi anggota BRICS. BRICS merupakan blok ekonomi non-Barat yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, dengan anggota baru seperti Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengatakan, masuknya Indonesia ke dalam aliansi BRICS berpotensi memberikan dampak langsung maupun tidak langsung pada pasar modal domestik.

Secara langsung, kata Jeffrey, akan terjadi kenaikan aliran investasi dari negara-negara BRICS ke dalam negeri, yang pada akhirnya dapat mendorong aktivitas ekonomi.

“Yang indirect adalah tentu dari aktivitas ekonominya, dari kerjasama tersebut bisa meningkatkan aktivitas ekonomi di dalam negeri," kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/1).

Jeffrey menambahkan dampak tidak langsung dari kerja sama tersebut dapat meningkatkan aktivitas ekonomi domestik, yang akhirnya mendorong kinerja emiten di BEI. Tak hanya itu, hal tersebut juga dapat memperkuat performa pasar secara keseluruhan.

Meskipun optimistis, ia juga mengingatkan bahwa selalu ada tantangan atau gejolak pasar, baik yang periodik maupun situasional. Maka dari itu, Jeffrey menyebut BEI perlu kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak. Dalam skala yang lebih sempit, misalnya, koordinasi dilakukan antara SRO, OJK, dan industri keuangan.

Indonesia Diminta Waspadai Risiko Geopolitik Usai Gabung BRICS

Keanggotaan Indonesia di BRICS menghadirkan banyak peluang, namun juga disertai sejumlah risiko. Salah satunya adalah tantangan geopolitik yang dapat memengaruhi hubungan strategis Indonesia dengan mitra tradisional. 

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar, menjelaskan bahwa BRICS sering dianggap sebagai blok penyeimbang negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Hal ini dapat berdampak pada hubungan strategis Indonesia. 

“Ada risiko geopolitik karena BRICS sering dipandang sebagai rival negara-negara Barat. Indonesia harus menjaga keseimbangan antara BRICS dan negara-negara Barat,” ujar Media, Selasa (7/1). 

Sebagai contoh, Indonesia memiliki komitmen investasi AS sebesar US$ 500 juta pada 2023. Media menilai penting bagi Indonesia untuk tetap menjaga hubungan baik dengan mitra tradisional seperti Amerika Serikat.

Media juga menyoroti dominasi negara besar seperti Cina dan India dalam pengambilan keputusan di BRICS. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia, dominasi ini berpotensi mengurangi pengaruh Indonesia. 

“Dominasi ini dapat menciptakan kesenjangan dalam menentukan prioritas agenda, sehingga kepentingan negara seperti Indonesia tidak selalu terakomodasi,” ujarnya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...