Emiten Afiliasi Dahlan Iskan OBAT Naik 13,71% di Debut IPO
PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Senin (13/1). Perusahaan menjadi emiten ketujuh yang melantai di bursa pada Januari 2025 ini dan menunjuk PT Oso Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.
Dahlan Iskan tercatat menjadi Komisaris Independen Brigit Biofarmaka Teknologi sejak 2024. Ia merupakan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2011-2014 sekaligus mantan bos Jawa Pos Group. Pada debut perdananya, saham OBAT dibuka naik 13,71% ke level Rp 398 per lembar. Dari sebelumnya Rp 350 saat penetapan harga IPO.
Kemudian pada pukul 10.13 WIB, saham OBAT melesat 22,86% ke level Rp 430 per lembar saham. Volume saham yang diperdagangkan tercatat 96,80 juta dengan nilai transaksinya Rp 40,31 miliar. Sementara frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 44.582 kali. Adapun kapitalisasi pasar OBAT pagi ini Rp 258 miliar.
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan, perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan itu melepas maksimal 170 juta lembar saham atau sebanyak 28,33% dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO. Brigit Biofarmaka Teknologi membuka harga penawaran awal sahamnya pada kisaran Rp 330-350 per saham.
Berbarengan dengan pelaksanaan IPO, Brigit Biofarmaka juga menerbitkan maksimal 85 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru perseroan atau sebanyak 19,77%. Adapun total hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 29,75 miliar.
Direktur Utama Brigit Biofarmaka Teknologi, Heriyanto, menyampaikan Indonesia merupakan salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan pertumbuhan yang stabil dan peluang besar di berbagai sektor.
Dalam industri maklon produk herbal, kata Heriyanto, potensi Indonesia menjanjikan dengan kekayaan biodeversitas yang luar biasa termasuk bahan baku herbal. Ia menilai Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi peluang utama dalam pasar global produk kesehatan alami maupun suplemen
“Maka dari itu, dari IPO ini merupakan tonggak sejarah untuk tumbuh lebih besar dan berkontribusi dalam pembangunan nasional,” kata Heriyanto di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (13/1).
Bidik Kenaikan Laba 20%
Di samping itu Heriyanto menyampaikan bahwa perusahaan menargetkan kenaikan laba hingga 20% tiap tahunnya. Setelah mencapai laba Rp 30 miliar pada tahun 2024, perusahaan berkomitmen untuk kenaikan laba dengan minimal sebesar 20% pada 2025.
Adapun strategi perusahaan untuk mengerek kinerja yakni dengan menguatkan internal dan penerapan konsep digital marketing. Termasuk memberikan konsultasi terkait pemasaran digital.
“Sekarang saya yakin OBAT akan bisa mencapai lebih dari 20% sesuai dengan proyeksi,” tambahnya.
Rencana Usai IPO
Perusahaan farmasi ini berencana menggunakan seluruh dana yang diperoleh dari penawaran umum, setelah dikurangi biaya emisi efek, untuk modal kerja. Dana yang diperoleh perusahaan dari pelaksanaan Waran Seri I juga akan digunakan untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku, peningkatan produksi, dan pengembangan pemasaran.
Demi menarik minat investor, setelah penawaran umum perdana saham ini mulai tahun buku 31 Desember 2024 dan seterusnya, manajemen OBAT bakal membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham perseroan. Nilai dividen tunai yang akan dibayarkan maksimal 50% dari laba bersih tahun berjalan.
Besarnya pembagian dividen akan tergantung pada hasil kegiatan usaha, arus kas perseroan serta prospek usaha. Selain itu, pembagian dividen juga tergantung pada kebutuhan modal kerja, belanja modal, dan rencana investasi perseroan di masa yang akan datang dan dengan memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya.