IHSG Makin Terperosok Mendekati Level 6.500, Harga Saham Prajogo Terus Anjlok

Patricia Yashinta Desy Abigail
10 Februari 2025, 12:27
Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (5/8/2024).
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nz
Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (5/8/2024).

Ringkasan

  • Presiden Prabowo Subianto telah menerbitkan Perpres Nomor 201 Tahun 2024 tentang APBN 2025, termasuk penetapan target penerimaan cukai dari minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) sebesar Rp 3,8 triliun.
  • Penerimaan cukai MBDK pada 2025 mengalami penurunan sebesar 13,24% atau Rp 589 miliar dibandingkan target pada APBN 2024 yang sebesar Rp 4,38 triliun.
  • Pemerintah belum memutuskan penerapan cukai MBDK untuk tahun depan, termasuk tarifnya, masih dalam proses kajian oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG masih terpuruk di zona merah pada perdagangan Senin (10/2), melemah 1,61% atau 108,8 poin ke level 6.633 hingga pukul 11.00 WIB. Harga saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu dan pengusaha Happy Hapsoro masih melanjutkan penurunan dari pekan lalu.

Melansir dari data perdagangan, IHSG bahkan sempat menyentuh level terendahnya yakni 6.585 atau turun 2,27%. Seiring dengan lesunya IHSG yang masih berlanjut, sebanyak 395 saham ambles dan kurang lebih 195 saham menguat serta 193 saham tak mengalami pergerakan.

Sebagian besar sektor mengalami kontraksi, paling besar yaitu sektor energi yang melemah 2,91%. Pada sektor energi, sejumlah sektor konglomerat anjlok seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk atau CUAN milik Prajogo dengan pelemahan 19,87% atau 2.250 poin ke level Rp 9.075 per saham. Lalu saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) milik pengusaha Happy Hapsoro melemah 10,93% ke level Rp 6.725 per saham.

Sektor infrastruktur menjadi sektor kedua yang turun setelah sektor energi yaitu 2,37%. Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik Prajogo terperosok 13,88% ke level Rp 6.050 per saham.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini seperti IHSG selama sepekan kemarin terkoreksi dalam sebesar 5,16%. Performa tersebut menempati posisi terendah jika dibandingkan dengan bursa di Kawasan Asia Tenggara. Lalu juga imbas dari investor asing catatkan outflow di pasar ekuitas senilai Rp 3,80 triliun.

"Lalu rilis laporan keuangan bank-bank besar mencerminkan landainya kinerja profitabilitas akibat iklim suku bunga tinggi dan terbatasnya daya beli," tulis Ratih Mustikoningsih dalam risetnya, Senin (10/2).

Fakto MSCI mengumumkan pengecualian terhadap saham yang terafiliasi dengan Barito Group untuk masuk dalam rebalancing index Februari 2025 turut berdampak pada IHSG. Daftar saham tersebut, yaitu PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Sementara, pengumuman resmi rebalancing indeks akan berlangsung pada 11 Februari 2025.

Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelumnya membeberkan pengaruh ketidakpastian global terhadap pasar keuangan di Indonesia. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan salah satu pemicunya adalah kebijakan tarif perdagangan yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Cina, serta dinamika ekonomi dengan negara lain seperti Kanada dan Meksiko. Kebijakan yang sempat diumumkan tetapi kemudian ditunda justru memperburuk ketidakpastian di pasar global.

“Dampaknya tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia,” kata Jeffrey kepada wartawan, dikutip Jumat (7/2).

Jeffrey juga memaparkan ketidakpastian di pasar global berdampak pada nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan rantai pasok dunia. Perubahan kondisi ekonomi tersebut menciptakan tantangan bagi pelaku bisnis di Indonesia. Ia menilai investor perlu lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama karena fluktuasi pasar keuangan domestik berpotensi meningkat.

“Analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang,” ujar Jeffrey.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...