Gerak Lincah Emiten Prajogo Pangestu PTRO dan Aksi Borong Saham Usai Stock Split
Emiten kontraktor tambang PT Petrosea Tbk (PTRO) milik konglomerat Prajogo Pangestu kembali menjadi sorotan investor. Usai melakukan pemecahan nominal saham atau stock split yang disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) akhir Desember lalu, harga saham PTRO kembali melesat.
Dibanding pada saat pembukaan perdagangan awal tahun ini pada 2 Januari 2025, harga saham PTRO telah naik 26,41% dari Rp 2.745 menjadi Rp 3.470. Pada akhir Januari harga saham PTRO malah tembus di atas Rp 4.000.
Seiring dengan aksi stock split di bursa, PTRO pun mengumumkan aksi korporasi terbaru berupa perolehan nilai backlog atau perolehan kontrak sebesar Rp 64,3 triliun sepanjang 2024. Nilai backlog tersebut juga merupakan nilai tertinggi sepanjang lebih dari lima dekade Petrosea berkiprah di sektor pertambangan dan konstruksi.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa stock split PTRO bisa memberikan sentimen positif bagi pergerakan harga saham emiten orang terkaya nomor satu di RI Prajogo Pangestu itu. Menurut Nafan, meskipun target harga yang diperkirakan tidak akan mencapai level tertinggi, ia memprediksi harga saham PTRO bisa berada di kisaran Rp 3.910–Rp 3.920 setelah stock split.
Selain itu, ia menilai stock split ini juga dapat meningkatkan likuiditas saham dan menarik lebih banyak investor ritel untuk berpartisipasi dalam transaksi dan akumulasi saham PTRO.
“Karena ini membuat valuasi PTRO bisa lebih menarik ya jadi seperti itu dan juga stock split ini kan membuat harga sahamnya terdiskon,” kata Nafan kepada Katadata.co.id seperti dikutip Senin (17/2).
Sebelumnya Chief Investment Officer Petrosea, Kartika Hendrawan, mengatakan aksi korporasi melalui pemecahan saham PTRO juga merupakan pencapaian penting. Ia mengatakan pemecahan saham dengan rasio 1:10 di awal bulan Januari 2025 lalu yang menjadi katalis penting dalam meningkatkan likuiditas saham dan jumlah pemegang saham dari yang sebelumnya 12.883 investor di akhir 2024 menjadi 49.796 investor di akhir Januari 2025.
Dari jumlah pemegang saham tersebut, pemegang saham institusi bertambah dari 195 institusi menjadi 284 institusi, sedangkan pemegang saham perorangan bertambah dari 12.688 individu menjadi 49.512 individu. Pemegang saham asing pun bertambah dari 109 menjadi 125 investor, walaupun penambahannya tidak sebanyak penambahan investor dalam negeri.
Di bulan Mei dan Juni 2024, Petrosea juga telah menjual seluruh saham treasury yang dimiliki Perusahaan kepada publik. Adapun jumlah saham free float Petrosea mencapai 27,25% pada 31 Januari 2025.
“Pencapaian ini merupakan wujud nyata kepercayaan masyarakat dan investor yang semakin besar terhadap kinerja dan prospek pertumbuhan Petrosea, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang,” ujar Kartika dikutip dari keterangan resmi perusahaan.
Adapun Beberapa kontrak baru yang berhasil diperoleh diantaranya adalah perjanjian jasa pertambangan dengan PT Pasir Bara Prima dengan durasi life of mine dan nilai kontrak mencapai Rp 17,4 triliun.
Selain itu, Petrosea juga menandatangani perjanjian Onshore Early Works EPC untuk proyek Ubadari, Tangguh EGR/CCUS & Tangguh Onshore Compression (UCC) dengan nilai kontrak sebesar Rp 4,6 triliun dan jangka waktu 24 bulan. Kemudian juga perjanjian pengadaan dan konstruksi untuk pembangunan tambang Blok Pomalaa dengan PT Vale Indonesia Tbk dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,8 triliun dan jangka waktu 24 bulan.
Merujuk informasi di keterbukaan, Petrosea juga memperoleh pendanaan dari beberapa pihak perbankan nasional, diantaranya dari PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dengan total fasilitas yang diberikan sebesar Rp 11,1 triliun. Pendanaan perbankan yang diperoleh tersebut digunakan untuk mendukung belanja modal dan investasi peralatan pertambangan termasuk memperkuat modal kerja.
Aksi Borong Saham
Di tengah gerak lincah Petrosea melebarkan sayap bisnis, para pemegang saham juga terlihat makin rajin memborong saham PTRO. Komisaris Petrosea, Erwin Ciputra menambah kepemilikan saham pada 7 Februari sebanyak 800.000 lembar saham.
Sekretaris Perusahaan PTRO Anto Broto dalam keterangan kepada Bursa Efek Indonesia mengatakan, Erwin memborong saham PTRO senilai Rp 2,1 miliar pada harga Rp 3.143,75 per saham. Dengan pembelian saham itu, Erwin kini menggenggam 8,65 juta saham PTRO.
Adapun Erwin merupakan anak Prajogo Pangestu yang juga menjadi petinggi untuk sejumlah perusahaan konglomerasi Barito lainnya. Ia menjabat komisaris di PT Barito Renewables Tbk (BREN) dan komisaris utama pada PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Selain itu ia juga dipercaya menjadi Direktur di Star Energy Group Holdings Pte. Ltd, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Ia mendapat mentoring langsung dari Prajogo dalam memimpin grup Barito.
Aksi borong saham ini sudah beberapa kali ia lakukan. Sebelumnya pada 4 Februari 2025, Erwin juga tercatat menambah sebanyak 500.000 lembar saham pada harga Rp 3.950,13. Saat itu ia merogoh uang Rp 1,97 miliar.
Gerak saham PTRO di bursa sempat turun pada 7 Februari lantaran emiten tersebut gagal masuk dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk periode Februari hingga akhir. Meski begitu dalam pengumuman terbaru, MSCI menyatakan akan kembali mempertimbangkan PTRO dan saham-saham milik Prajogo lainnya atas potensi masuk MSCI periode Mei mendatang,
