Adu Cuan Emiten ANTM, MDKA, hingga BRMS Saat Bank Emas Diresmikan, Siapa Untung?

Ira Guslina Sufa
26 Februari 2025, 08:57
Apa itu Bank Emas?
Unsplash
Apa itu Bank Emas?

Ringkasan

  • Bank Mandiri menghadapi tantangan investasi iklim yang mahal dan prioritas bisnis yang lebih dominan.
  • Diperlukan kebijakan insentif, seperti pajak karbon, untuk mendorong transisi ke ekonomi rendah karbon.
  • Kolaborasi sektor publik dan swasta sangat penting untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi investasi iklim dan mencapai target emisi nol bersih.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan meresmikan peluncuran Bulion Bank atau Bank Emas pertama di Indonesia pada Rabu (26/2). Peluncuran ini menandai dimulainya usaha bullion pertama di Indonesia. 

Prabowo mengatakan inisiatif pendirian bank emas bertujuan untuk mencegah aliran emas hasil tambang Indonesia ke luar negeri tanpa pengawasan yang memadai. Dengan adanya Bank Emas, diharapkan emas yang ditambang dapat dikelola dan disimpan di dalam negeri, memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Seiring dengan peluncuran Bank Emas ini selanjutnya akan ada dua lembaga yang akan mengoperasikan izin usaha bullion. Dua entitas yang sudah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang suda mengantongi izin bulion  adalah PT Pegadaian sejak 23 DEsember 2024 dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BBSI) seak 12 Februari 2025. 

Pembentukan Bank Emas didasarkan pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 17 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bulion pada Oktober 2024. Adapun bulion adalah kegiatan usaha yang berkaitan dengan emas dalam bentuk simpanan emas, pembiayaan emas, perdagangan emas, penitipan emas, dan/atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh lembaga jasa keuangan. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (PBKN) OJK Dian Ediana Rae mengatakan usaha bulion dapat berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel. Hal ini diprediksi bakal memacu peningkatan industri emas dan keseluruhan bisnis dalam ekosistem emas dengan tambahan value added hingga Rp 50 triliun.

“Potensinya tentu akan sangat besar didukung dengan ekosistem pengembangan usaha bullion bank yang ada saat ini antara lain produsen, refiner, manufacturer, wholesales, dan retailers serta masyarakat yang menjadikan logam mulia sebagai sarana investasi dan pengembangan bisnis,” kata Dian.

Peluncuran Bank Emas ini diproyeksikan akan memberikan nilai tambah pada produksi emas dalam negeri. Seiring dengan kebijakan ini, sejumlah emiten tambang emas di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi mendapatkan manfaat signifikan. 

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat beberapa emiten yang bisnisnya berkaitan dengan emas baik di sektor pertambangan, perdagangan, maupun manufaktur perhiasan. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merupakan salah satu yang terbesar, dengan bisnis mencakup eksplorasi, penambangan, serta pemurnian emas melalui unit Logam Mulia.

Ada pula  PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga memiliki bisnis pertambangan emas dan tembaga di Sumbawa. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) fokus pada produksi emas, dengan berbagai proyek tambang di Indonesia. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) serta PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) juga aktif di industri pertambangan emas dengan beberapa lokasi eksplorasi dan produksi.

Selain sektor pertambangan, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) bergerak di bidang perdagangan dan manufaktur perhiasan emas, sementara PT Untung Bersama Sejahtera Tbk (UNTR), melalui anak usahanya PT Agincourt Resources, mengelola tambang emas Martabe. PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) juga memiliki aktivitas di sektor pertambangan emas. 

Juga ada emiten lain seperti PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) turut berperan dalam perdagangan emas digital. Lalu seperti apa laporan kinerja beberapa emiten emas 

Prospek Bisnis Emiten Emas, Mana Paling Untung

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Antam membukukan laba bersih sebesar Rp 2,23 triliun yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga September 2024. Angka ini turun 22,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,84 triliun.

Meskipun laba menurun, penjualan dari produk emas mengalami peningkatan signifikan. Hingga September 2024, penjualan emas Antam mencapai Rp 43,2 triliun, naik 40% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 30,9 triliun. Hingga saat ini, Antam belum merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2024.

PT United Tractors Tbk (UNTR)

United Tractors mencatatkan laba bersih sebesar Rp 15,59 triliun sepanjang Januari–September 2024, naik 1,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 15,34 triliun.

Pendapatan dari segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya meningkat sebesar 57% menjadi Rp 6,7 triliun. Kenaikan ini terutama didorong oleh lonjakan harga emas, yang meningkat 21% dari US$1.933 per ons menjadi US$2.330 per ons.

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)

Harga emas yang lebih tinggi turut memberikan dorongan positif bagi kinerja BRMS. Perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar US$ 15,65 juta atau Rp 248,06 miliar (kurs Rp 15.847 per dolar AS) pada kuartal III/2024.

Laba ini mengalami lonjakan 49,51% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana BRMS membukukan laba US$ 10,46 juta atau Rp 165,91 miliar.

PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB)

PSAB berhasil membalikkan kerugian menjadi laba seiring dengan tren kenaikan harga emas. Hingga akhir September 2024, perusahaan membukukan laba bersih sebesar US$ 4,45 juta, setelah pada periode yang sama tahun sebelumnya mencatatkan kerugian sebesar US$ 13,4 juta.

Penjualan emas dan perak PSAB meningkat tajam sebesar 86,7% menjadi US$ 173,8 juta. Perusahaan melakukan penjualan emas ke beberapa pelanggan utama, termasuk Metalor Technologies Singapore Pte Ltd, Aneka Tambang, Beijing Fuhaihua Import and Export Corp Ltd, dan Transamine Far East Limited.

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

Sebagai salah satu emiten tambang tembaga dan emas terbesar, MDKA yang berafiliasi dengan konglomerat Garibaldi Thohir atau Boy Thohir mencatatkan pendapatan sebesar US$ 1,66 miliar atau sekitar Rp 27,08 triliun hingga kuartal III/2024 (kurs Rp 16.239 per dolar AS).

Pendapatan ini meningkat 42,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar US$ 1,17 miliar atau sekitar Rp 18 triliun. Laporan keuangan MDKA menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan ditopang oleh penjualan emas, perak, katoda tembaga, serta produk turunan nikel seperti NPI, nikel matte, dan limonit. Secara rinci, penjualan domestik mencapai US$ 1,03 miliar, sementara ekspor mencapai US$ 641,85 juta.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...