Mengintip Gurita Bisnis Astra (ASII), Tambang hingga Sawit Sektor Mana Berkilau?


PT Astra International Tbk (ASII) kembali mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang tahun 2024. Konglomerasi bisnis yang mencakup sektor otomotif, alat berat, jasa keuangan, agribisnis, hingga infrastruktur ini melaporkan kenaikan laba tipis di tengah meningkatnya beban operasional.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan secara keseluruhan grup mencatatkan laba bersih yang solid pada tahun 2024. Capaian itu menurut Djony diperoleh dengan adanya resiliensi kinerja dari portofolio yang terdiversifikasi, meskipun sentimen konsumen di Indonesia melemah.
"Kontribusi yang lebih tinggi berasal dari bisnis sepeda motor, jasa keuangan, serta infrastruktur dan logistik, yang sebagian diimbangi oleh dampak penurunan penjualan mobil dan harga batu bara yang lebih rendah," ujar Djony dalam penjelasan resmi seperti dikutip Senin (3/3).
Pada tahun buku 2024, Astra International membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 34,05 triliun sepanjang 2024. Capaian ini hanya tumbuh tipis 0,62% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 33,8 triliun.
Kenaikan laba sejalan dengan peningkatan pendapatan ASII yang naik 4,53% menjadi Rp 330,9 triliun. Pada tahun sebelumnya, induk usaha Grup Astra ini membukukan pendapatan Rp 316,5 triliun.
Secara rinci, pendapatan paling banyak disumbang dari penjualan barang sebesar Rp 219,6 triliun. Diikuti oleh segmen jasa dan sewa sebesar Rp 78,3 triliun, serta jasa keuangan sebesar Rp 32,8 triliun.
Di tengah peningkatan pendapatan, beban pokok pendapatan juga mengalami kenaikan yang berdampak pada kinerja laba. Sepanjang 2024, beban pokok pendapatan ASII mencapai Rp 257,36 triliun, naik dari sebelumnya Rp 243,25 triliun.
Beban utama berasal dari bahan baku, barang jadi, dan barang habis pakai sebesar Rp 183,8 triliun. Ada pula beban imbalan kerja yang meningkat menjadi Rp 27,1 triliun dari Rp 24,5 triliun.
Lalu bagaimana kinerja lini usaha di bawah Grup Astra sepanjang 2024?
Kinerja Segmen Usaha Astra
Lini Usaha Otomotif Astra
Divisi otomotif mengalami tekanan dengan penurunan laba bersih sebesar 2% menjadi Rp 11,2 triliun. Hal ini dipengaruhi oleh pelemahan pasar mobil nasional yang menyebabkan penjualan mobil Astra turun 14% menjadi 483 ribu unit.
Sebaliknya, segmen sepeda motor menunjukkan pertumbuhan dengan penjualan Astra Honda Motor (AHM) naik 1% menjadi 4,9 juta unit. Capaian ini mempertahankan pangsa pasar sebesar 78%. AHM juga meluncurkan 8 model baru dan 7 model facelift sepanjang 2024.
Jasa Keuangan
Segmen jasa keuangan mencatat pertumbuhan positif. Pembiayaan baru pada bisnis pembiayaan konsumen meningkat 9% menjadi Rp 128,2 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan mobil naik 4% menjadi Rp 2,4 triliun.
Sementara itu, PT Federal International Finance, yang berfokus pada pembiayaan sepeda motor, mencatat kenaikan laba 7% menjadi Rp 4,4 triliun. Adapun pembiayaan alat berat juga tumbuh dengan nilai pembiayaan baru meningkat 17% menjadi Rp 12,5 triliun.
Beberapa usaha jasa keuangan yang ada di bawah Grup Astra adalah PT Astra Financial yang merupakan payung bisnis keuangan Astra. Di bawahnya ada PT Federal International Finance (FIFGROUP), PT Astra Sedaya Finance (ASF) yang merupakan perusahaan pembiayaan kendaraan roda empat dan PT Toyota Astra Financial Services (TAF) yang merupakan lini usaha pembiayaan mobil Toyota dan Daihatsu.
Ada pula PT Asuransi Astra Buana yang menyediakan layanan asuransi kendaraan dan properti yang terkenal dengan Garda oto serta Astra Life yang menyediakan jasa asuransi jiwa dan kesehatan. Selain itu juga ada PT Astra Mitra Ventura yang merupakan perusahaan modal ventura untuk UMKM.
Alat Berat dan Pertambangan
PT United Tractors Tbk (UNTR) mengalami penurunan laba bersih sebesar 5% menjadi Rp 19,5 triliun. Penjualan alat berat Komatsu turun 16% menjadi 4 ribu unit.
Meski begitu, bisnis pertambangan emas UT mencatatkan pertumbuhan dengan volume penjualan meningkat 32% menjadi 232.000 ons. Capaian ini didukung oleh harga emas yang lebih tinggi. Selain itu kinerja keuangan juga ditopang oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACST) yang merupakan emiten di bidang konstruksi dan infrastruktur.
Agribisnis
Selain di bidang otomotif, Astra juga bergerak di bidang agribisnis melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit besar di Indonesia. Laba bersih divisi agribisnis Grup meningkat 9% menjadi Rp 914 miliar.
Pencapaian laba pada tahun buku 2024 didukung oleh kenaikan harga crude palm oil (CPO) sebesar 16% menjadi Rp 12.883 per kilogram. Namun, volume penjualan CPO dan produk turunannya turun 9% menjadi 1,6 juta ton.
Infrastruktur dan Logistik
Segmen infrastruktur dan logistik mencatat pertumbuhan laba tertinggi, naik 37% menjadi Rp 1,3 triliun. Kontribusi utama berasal dari peningkatan pendapatan jalan tol Grup yang mencatat kenaikan volume harian sebesar 5% di 396 km ruas tol yang dikelola. PT Serasi Autoraya juga mencatat peningkatan jumlah unit kontrak sebesar 7% menjadi 27 ribu unit.
Teknologi Informasi dan Properti
Divisi teknologi informasi, PT Astra Graphia Tbk, membukukan kenaikan laba bersih 43% menjadi Rp 156 miliar berkat peningkatan marjin usaha. Dalam bidang properti juga ada PT Astra Land Indonesia yang menjadi pengembang properti residensial dan komersial.
Sementara itu, bisnis properti menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan laba bersih melonjak 56% menjadi Rp 222 miliar. Pertumbuhan didorong oleh meningkatnya tingkat hunian Menara Astra serta pertumbuhan bisnis residensial.
Prospek Kinerja Gurita Bisnis Grup Astra
Dari berbagai lini bisnis Astra, sektor properti dan infrastruktur mencatatkan pertumbuhan laba tertinggi, masing-masing sebesar 56% dan 37%. Sementara itu, bisnis alat berat dan otomotif mengalami tekanan akibat penurunan permintaan pasar. Meski laba Astra tumbuh tipis, diversifikasi bisnisnya tetap menjadi kekuatan utama dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Selain itu, meskipun pertumbuhan laba Astra International relatif stagnan akibat tekanan di segmen otomotif dan alat berat, beberapa divisi menunjukkan prospek cerah, terutama infrastruktur, logistik, properti, serta jasa keuangan. Dengan tren harga emas yang masih kuat dan pertumbuhan pembiayaan kendaraan,bisnis Astra masih memiliki potensi untuk tumbuh.
"Ke depan, kami optimistis dengan prospek pertumbuhan jangka panjang Indonesia," ujar Djony.
Lebih jauh ia mengatakan, dengan didukung oleh neraca keuangan yang solid, Grup Astra kini berada dalam posisi yang kuat dalam menavigasi ketidakpastian jangka pendek. Selain itu perusahaan optimistis bisa melakukan investasi dalam memperkuat bisnis inti dan berbagai lini usaha.