BEI dan Sederet Konglomerat Optimistis Hadapi Gejolak Pasar Saat IHSG Melemah

Nur Hana Putri Nabila
4 Maret 2025, 11:24
BEI konglomerat
Katadata/Fauza Syahputra
Konferensi Pers Dialog Bersama Pelaku Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan sejumlah pelaku pasar modal optimistis mampu menghadapi gejolak pasar modal Indonesia. Mereka berkomitmen menjaga stabilitas dan memperkuat fundamental aset-aset yang ditransaksikan di pasar untuk menyelamatkan IHSG dari koreksi beruntun, 

Merujuk data perdagangan di BEI, bursa saham Indonesia mengalami tekanan dalam dua pekan terakhir yang tercermin dari pelemahan Indeks Harga Saham Gaungan (IHSG).  Pada perdagangan hari ini, Selasa (4/3) IHSG terpantau anjlok 1,61% ke level 6.414 pada pukul 10.29 WIB. IHSG telah merosot hingga 9,38% secara year to date (ytd). 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi bahwa pihaknya mendengarkan masukan dari dari para pemangku kepentingan. Selain itu Inarno menegaskan bahwa dalam pengambilan kebijakan, BEI berfokus pada tiga aspek utama, di antaranya stabilitas pasar, kenaikan likuiditas, dan perlindungan investor. 

“OJK akan menunda implementasi short selling dengan memperhatikan dan mempertimbangkan situasi yang terjadi,” kata Inarno dalam konferensi pers di Gedung BEI Jakarta, Senin (3/3).

Inarno menyebut anjloknya IHSG tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai bursa global. Ia menilai situasi ini mendorong regulator pasar di masing-masing negara untuk mengambil kebijakan guna menstabilkan kondisi pasar.

Menanggapi tren pelemahan IHSG dalam beberapa hari terakhir, Iman menjelaskan ada tiga faktor utama yang memengaruhi. Ia menyebut faktor itu berkaitan dengan dinamika pasar global, kondisi domestik, dan faktor korporasi.   

Iman menjelaskan, salah satu pemicu utama tekanan pada IHSG adalah ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait dengan kebijakan pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Iman menjelaskan bahwa kebijakan perang tarif yang kembali digencarkan Trump mendorong investor global, termasuk dari Indonesia, untuk lebih memilih menanamkan modalnya di pasar AS. 

Selain itu, sekitar 70% standar investasi global saat ini mengarah ke AS, membuat aliran dana ke pasar Indonesia semakin terbatas. Ditambah lagi, ancaman tarif yang diberlakukan AS terhadap beberapa negara, seperti Meksiko, Kanada, dan Uni Emirat Arab (UEA), semakin memperkuat daya tarik pasar AS bagi investor asing. Mulai hari ini, pemerintahan Trump telah menerapkan tarif 25% untuk perdagangan dengan Meksiko dan Kanada. 

Di samping itu, peluang pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang semakin kecil juga turut menekan pasar. Diperkirakan The Fed hanya akan menurunkan suku bunga sekali dalam tahun ini. Faktor lain dari sisi global adalah pemangkasan suku bunga oleh Bank of Korea (BoK) serta penurunan indeks keyakinan konsumen di AS, yang semakin memperburuk tekanan terhadap IHSG. 

Selain faktor eksternal, kondisi domestik juga turut berperan dalam melemahnya IHSG. Salah satu pemicu utamanya adalah penurunan peringkat pasar modal Indonesia oleh Morgan Stanley, yang berdampak langsung pada arus investasi asing. Mengingat sekitar 40% saham di Indonesia dimiliki oleh investor asing, keputusan ini semakin memperparah tekanan di pasar.

Bagaimana Reaksi Konglomerat?

Konglomerat sekaligus Bos Grup Sinar Mas, Franky Oesman Widjaja, mengingatkan agar investor tidak bertindak agresif tanpa mempertimbangkan fundamental saham yang dipilih. Ia juga menyarankan agar investor berkonsultasi sebelum mengambil keputusan investasi.

“Untuk menyelamatkan pasar, masih banyak sekali potensi yang bisa kami lakukan dengan bergotong-royong,” ucap Franky dalam kesempatan yang sama. 

Sementara itu, Presiden Direktur PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, menilai situasi pasar saat ini bisa dilihat dua hal. Pertama, secara fundamental, banyak perusahaan dalam negeri memiliki kinerja yang solid dengan valuasi menarik, sehingga ini menjadi momen yang tepat untuk membeli saham.  Kedua, tekanan di pasar lebih disebabkan oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump.

“Kalau deal menurut saya it’s time to buy,” ucap Boy Thohir.

Ketua Dewan Pertimbangan Kadin sekaligus Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (INDY), Arsjad Rasjid, menyambut baik inisiatif yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam menghadapi kondisi pasar.

Ia menekankan pentingnya kebersamaan dan keterlibatan semua pihak dalam menjaga stabilitas pasar. Ia juga menyoroti pentingnya fokus pada pasar domestik dengan target kenaikan IHSG, sambil tetap menjaga tata kelola yang baik. Selain itu, ia berharap lebih banyak lembaga keuangan dapat masuk ke pasar modal Indonesia untuk memperkuat ekosistem investasi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan