Adaro Andalan (AADI) Bukukan Laba Rp19 T, Intip Target dan Proyeksi Dividen 2025

Nur Hana Putri Nabila
5 Maret 2025, 12:13
Adaro Minerals
Adaro Minerals
Adaro Minerals
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) meraup laba bersih sebesar US$ 1,21 miliar atau setara Rp 19,84 triliun pada 2024. Perolehan tersebut naik 5,9% secara year on year (yoy) dari periode tahun lalu sebesar US$ 1,14 miliar atau Rp 18,74 triliun pada 2023 lalu.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, pendapatan anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) itu justru turun 10,1%. Pada 2024 AADI membukukan pendapatan US$ 5,31 miliar atau Rp 87,16 triliun dari sebelumnya meraup US$ 5,91 miliar atau Rp 96,92 triliun pada 2023.

Penjualan batu bara masih menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan perusahaan, baik dari pihak ketiga maupun pihak berelasi. Secara rinci, pendapatan dari penjualan batu bara kepada pihak ketiga mencapai US$ 4,86 miliar, terdiri dari ekspor senilai US$ 4,18 miliar dan pasar domestik US$ 682,34 juta. 

Sementara itu, pendapatan dari penjualan batu bara ke pihak berelasi tercatat US$ 240,74 juta, naik dari US$ 224,39 juta pada 2023. Penjualan batu bara domestik ke pihak berelasi mencapai US$ 230,70 juta, sementara ekspor menyumbang US$ 10,03 juta.

Di sektor logistik, pendapatan dari pihak ketiga sebesar US$ 46,65 juta, dengan layanan pengerukan saluran menjadi penyumbang terbesar US$ 20,86 juta. Sedangkan pendapatan logistik dari pihak berelasi mencapai US$ 137,03 juta, meningkat dari US$ 113,52 juta pada tahun sebelumnya.

EBITDA operasional AADI anjlok sebesar 19% secara tahunan (yoy) menjadi USD$ 1,31 miliar pada tahun 2024. Sementara itu, laba inti perusahaan tercatat sebesar US$ 1,04 miliar, yang turut terdampak oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP).  

Meskipun demikian, Presiden Direktur dan CEO AAI, Julius Aslan, mengatakan margin EBITDA operasional tetap berada pada level yang sehat, yakni 25%. Julius  menjelaskan penurunan EBITDA operasional pada FY24 terutama disebabkan oleh pelemahan harga batu bara global.

Perusahaan juga mencatat keuntungan satu kali sebesar US$ 323 juta dari penjualan Adaro Minerals (ADMR). Namun angka ini tidak dimasukkan dalam perhitungan EBITDA operasional maupun laba inti.

"Kondisi ini di luar kendali kami karena batu bara merupakan komoditas yang bergerak mengikuti siklus pasar," tulis Julius dalam keterangannya, dikutip Rabu (5/3).

Kinerja Operasional AADI

Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, menilai meskipun PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mencatat kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 7,4% yoy, pendapatan dari segmen ini justru turun 10,9% yoy akibat penurunan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 16,5% yoy. Meski begitu Hendriko menilai segmen lain serta eliminasi yang menyumbang sekitar 4% dari total pendapatan AADI akan mampu tumbuh 15,7% yoy.  

Pada 20 Juni 2024, AADI melepas seluruh kepemilikannya di Adaro Minerals Indonesia (ADMR) melalui transaksi senilai US$ 510,3 juta. Dari penjualan ini, perusahaan membukukan keuntungan atas pelepasan investasi pada entitas asosiasi sebesar US$ 322,9 juta, yang berkontribusi signifikan terhadap pendapatan lain-lain AADI.

Dari sisi kinerja operasional, AADI membukukan volume produksi batu bara sebesar 65,82 juta ton pada sepanjang 2024, meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, volume penjualan mencapai 68,06 juta ton, terdiri dari 65,85 juta ton batu bara termal dan 2,21 juta ton batu bara metalurgi atau tumbuh 7% secara tahunan.  

Pencapaian ini menjadi rekor bagi AAI, didorong oleh pertumbuhan volume di seluruh anak usaha pertambangan yang telah beroperasi. Selain itu, pengupasan lapisan penutup juga naik 7% yoy menjadi 286,01 juta bcm. Meski demikian, nisbah kupas turun tipis 1% dari tahun buku 2023 menjadi 4,35x.

Rencana Bisnis dan Proyeksi Dividen

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menargetkan volume penjualan batu bara termal antara 65 hingga 67 juta ton pada tahun 2025. Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, mengatakan target ini sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi FY24 yang mencapai 68,06 juta ton.  

Selain itu, perusahaan menetapkan nisbah kupas (stripping ratio) sebesar 4,3x, yang sejalan dengan angka pada 2024. Sementara itu, untuk mendukung operasional dan pengembangan bisnis, AADI mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 250–300 juta pada tahun ini.

Capaian laba ini meski turun dibanding tahun buku 2023 memberi angin segar kepada investor. Merujuk dokumen prospektus initial public offering (IPO) AADI, mulai tahun buku 2025, perseroan merencanakan rasio pembayaran dividen sampai dengan 45% dari laba bersih konsolidasi. 

Perseroan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham berdasarkan rekomendasi dari direksi dengan persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS). Perseroan hanya dapat membagikan dividen apabila perseroan mempunyai saldo laba positif.

Adapun merujuk pada laporan keuangan AADI mencatat laba per saham yang bisa diatribusikan kepada pemegang saham adalah US$ 0,17 dolar atau setara dengan Rp 2.780. Dengan asumsi pembayaran dividen 45% maka bila kinerja usaha Adaro Andalan pada tahun buku sama dengan 2024 maka setiap pemegang saham berpotensi mendapat dividen Rp 1.200 per lembar saham.  

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...