Waskita Karya (WSKT) Rugi Rp 3 Triliun, Utang Tembus Rp 45,84 Triliun pada 2024


Emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Waskita Karya Tbk (WSKT) membukukan rugi bersih hingga Rp 3 triliun pada 2024. Seiring dengan capaian minus itu total utang Waskita tembus Rp 45,8 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan 2024 yang belum diaudit, Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, merinci total utang perusahaan sebesar Rp 45,84 triliun. Sebagian besar berasal dari Master Restructuring Agreement (MRA) senilai Rp 26,26 triliun.
Selain itu, terdapat utang dari obligasi dan sukuk sebesar Rp 9,76 triliun. Selain itu Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) Rp 5,24 triliun, dan utang ke vendor Rp 3,7 triliun. Ada pula kewajiban pajak sebesar Rp 1,04 triliun sepanjang 2024.
“Kalau melihat posisi sekarang ini laporan unaudited untuk tahun 2024, total ekuitas juga trennya akan terus turun ini menjadi Rp 8,7 triliun pada 2024,” kata Hanugroho dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) BUMN Karya dengan Komisi VI DPR pada Rabu (5/3).
Kemudian pria yang biasa disapa Oho itu mengatakan sepanjang 2024 Waskita Karya meraup pendapatan sebesar Rp 10,6 triliun. Angka itu turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp11 triliun.
Dari sisi neraca keuangan, total aset WSKT turun 17,26% yoy menjadi Rp 79,1 triliun. sementara ekuitas melemah 33,33% YoY menjadi Rp 8,7 triliun.
Nilai Kontrak Waskita Karya Turun
Di samping itu Oho mengungkapkan Waskita Karya hanya mampu mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp 9,5 triliun pada 2024, turun signifikan dari Rp 16,9 triliun pada tahun sebelumnya. Ia menyebut adanya sejumlah tantangan yang memengaruhi kontrak WSKT termasuk kendala pada akhir Mei 2024.
Salah satu kendala utama saat itu adalah masuknya Waskita Karya dalam daftar hitam (blacklist) di Kementerian ESDM, yang menyebabkan perusahaan tidak dapat mengikuti atau memperoleh proyek baru selama proses hukum berlangsung.
Namun, Oho memastikan permasalahan tersebut telah diselesaikan melalui jalur pengadilan dan kini telah dinyatakan clear. Ia juga menambahkan koordinasi dengan Kementerian ESDM berjalan baik dan perusahaan mendapat dukungan untuk menjalankan operasional.
“Jadi kami ada sedikit permasalahan terkait blacklist, kami menghadapi blacklist dengan kementerian ESDM tapi sudah kami selesaikan melalui pengadilan,” tambah Oho.
Oho mengakui bahwa upaya pemulihan kinerja perusahaan tidak mudah. Terlebih, ia mengatakan dengan adanya program efisiensi di industri konstruksi, perusahaan perlu mencari strategi agar tetap bertahan.
Salah satu cara yang dilakukan Waskita adalah dengan mencari pasar baru atau mengalihkan fokus ke departemen atau kementerian lain untuk mendapatkan proyek baru.