Wall Street Rontok, Kebijakan Tarif Trump Picu Kepanikan Investor


Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) anjlok pada perdagangan hari Kamis (6/2) karena langkah terbaru Gedung Putih terkait kebijakan tarif Presiden Donald Trump tidak berhasil meredakan kekhawatiran investor.
Dow Jones turun 427,51 poin atau 0,99% ke 42.579,08 setelah sempat anjlok lebih dari 600 poin. S&P 500 melemah 1,78% ke 5.738,52, dan Nasdaq Composite merosot 2,61% ke 18.069,26, hingga memasuki wilayah koreksi setelah turun 10% dari level tertinggi sebelumnya.
Wall Street anjlok akibat tarif baru AS terhadap impor dari Kanada, Meksiko, dan Cina yang mulai berlaku minggu ini hingga akhirnya memicu reaksi pasar. Kanada dan Cina membalas dengan tarif mereka sendiri, sementara Meksiko berencana mengumumkan langkah-langkah balasan pada akhir pekan.
Nasdaq telah turun lebih dari 4% sepanjang minggu ini. Lalu Dow dan S&P 500 masing-masing turun 2,9% dan 3,6%, menandai pekan terburuk sejak September 2024.
Sebelumnya, pasar sempat pulih pada Rabu (5/2) setelah Gedung Putih menunda tarif satu bulan untuk mobil yang memenuhi ketentuan perjanjian perdagangan AS-Meksiko-Kanada (USMCA). Namun, optimisme ini memudar pada Kamis setelah Presiden Trump mengumumkan perpanjangan tarif serupa untuk beberapa barang dari Kanada dan Meksiko.
Ketidakpastian semakin meningkat setelah Menteri Keuangan, Scott Bessent, menyatakan dukungannya terhadap tarif tersebut. Hal itu memicu kekhawatiran investor mengenai seberapa jauh Gedung Putih bersedia berkompromi dalam kebijakan perdagangan ini. Rentetan pernyataan pemerintah dan perubahan kebijakannya yang terus terjadi membuat investor semakin cemas.
"Jika praktik perdagangan negara lain merugikan ekonomi dan rakyat kita, Amerika Serikat akan bertindak. Ini adalah kebijakan perdagangan yang memprioritaskan kepentingan Amerika," ujar Bessent dalam acara Economic Club of New York, dikutip CNBC, Jumat (7/2).
Bessent juga melontarkan kritik tajam terhadap Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dengan menyebutnya sebagai “orang yang bodoh”. Ia menegaskan pemerintah AS lebih memprioritaskan ekonomi rakyat dibandingkan pasar keuangan. Akibat pernyataan ini, S&P 500 mencapai level terendah sejak awal November.
“Kondisi pasar saat ini penuh ketidakpastian, dan kebingungan tersebut tercermin dalam pergerakan harian yang tidak menentu,” ujar Keith Lerner, Kepala Strategi Pasar di Truist.
Tak hanya itu, saham teknologi juga tertekan, terutama sektor kecerdasan buatan (AI) yang selama lebih dari setahun menjadi pendorong utama pasar. Lalu saham Marvell Technology anjlok hampir 20% setelah memberikan proyeksi keuangan yang kurang meyakinkan untuk kuartal pertama. Penurunan juga dialami oleh perusahaan semikonduktor lainnya seperti ON Semiconductor, Taiwan Semiconductor, dan Nvidia.
Selain itu, sejumlah laporan ekonomi terbaru menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Trump dapat memperlambat ekonomi AS. Hal ini menjadi perhatian menjelang laporan tenaga kerja yang akan dirilis pada hari Jumat.
Laporan Beige Book dari Federal Reserve serta data manufaktur dari Institute for Supply Management menunjukkan terjadi peningkatan kekhawatiran terhadap kenaikan biaya produksi akibat tarif. Sementara itu, data dari Challenger, Gray & Christmas yang dirilis pada Kamis menunjukkan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) ke level tertinggi sejak 2020. PHK ini disebut dipicu oleh kebijakan Trump serta upaya miliarder Elon Musk untuk mengurangi tenaga kerja di sektor pemerintah federal.