Kebijakan Tarif dan Potensi Resesi AS Bayangi Bursa Asia, Nikkei Anjlok 2%
Bursa Asia-Pasifik merosot pada perdagangan, Selasa (11/3), mengikuti kejatuhan bursa Amerika Serikat karena para pelaku pasar khawatir terhadap dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan potensi resesi di AS.
Menurut laporan CNBC, bursa Jepang memimpin penurunan di kawasan ini, dengan tolok ukur Nikkei 225 jatuh lebih dari 2% tak lama setelah pembukaan, sementara indeks Topix yang lebih luas turun 1,57%. Revisi Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang untuk kuartal keempat tercatat 2,2% secara tahunan, di bawah ekspektasi para ekonom dan perkiraan sebelumnya sebesar pertumbuhan 2,8%.
Indeks Kospi Korea Selatan memulai hari dengan penurunan sebesar 1,78%. Sementara itu, indeks Kosdaq yang memiliki nilai kapitalisasi kecil anjlok 2,11%.
Indeks S&P/ASX 200 Australia turun sekitar 1,28% di awal perdagangan, membalikkan arah dari kenaikan di sesi sebelumnya.
Kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada di 23.321, mengindikasikan pembukaan yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan penutupan hari Senin di 23.783,49.
Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Sebabkan Resesi
Semalam di AS, saham-saham merosot di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Trump dapat mendorong AS ke dalam resesi.
Indeks S&P 500 turun 2,7%, setelah menyentuh level terendahnya sejak September pada satu titik. Nasdaq Composite yang didominasi saham-saham teknologi mengalami penurunan paling tajam, jatuh 4%, dalam sesi terburuknya sejak September 2022. Adapun Dow Jones Industrial Average turun 2,08%, berakhir pada 41.911,71.
S&P 500 turun 8,7% dari rekor tertingginya pada 19 Februari, sementara Nasdaq Composite turun hampir 14% dari level tertinggi baru-baru ini. Penurunan 10% dianggap sebagai koreksi di Wall Street.
Penurunan indeks bursa AS memburuk seiring berjalannya hari, tetapi rata-rata indeks utama pulih dari level terendah tepat sebelum penutupan.
