Bursa AS Kehilangan US$4 Triliun Imbas Perang Tarif Trump, Nikkei Rontok 2,3%

Nur Hana Putri Nabila
11 Maret 2025, 09:43
Wall Street
Wall Street
Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kebijakan tarif Presiden Donald Trump telah memicu kekhawatiran investor hingga menyebabkan aksi jual besar-besaran di pasar saham. Tak hanya itu, meningkatnya ketidakpastian ekonomi juga mengikis kapitalisasi  S&P 500 sekitar US$ 4 triliun sejak mencapai puncaknya bulan lalu.

Meskipun sebelumnya Wall Street menyambut baik sebagian besar agenda Trump, serangkaian kebijakan barunya semakin menambah ketidakpastian bagi dunia usaha, konsumen, dan investor. Kebijakan Trump yang paling disorot adalah soal tarif yang terus berubah terhadap mitra dagang utama seperti Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.  

"Kami melihat perubahan sentimen yang signifikan, di mana strategi yang sebelumnya berhasil kini tidak lagi efektif," ujar Ayako Yoshioka, ahli strategi investasi senior di Wealth Enhancement, dikutip dari Reuters, Selasa (11/3).

Aksi jual di pasar saham semakin dalam pada Senin (10/3), dengan S&P 500 (.SPX) anjlok 2,7% saat pembukaan, mencatatkan penurunan harian terbesar 2025 ini. Nasdaq Composite (.IXIC) bahkan turun 4%, menjadi penurunan satu hari terbesar sejak September 2022.  

Pada penutupan, S&P 500 telah turun 8,6% dari rekor tertingginya pada 19 Februari, menghapus lebih dari US$ 4 triliun nilai pasar dan mendekati batas koreksi 10%. Sementara itu, Nasdaq yang didominasi saham teknologi telah melemah lebih dari 10% dari puncaknya di bulan Desember.  

Di tengah kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan perdagangannya, Presiden Donald Trump enggan berspekulasi apakah AS akan menghadapi resesi.

Sementara itu, CEO Lazard, Peter Orszag, mengatakan bahwa ketidakpastian akibat perang tarif dengan Kanada, Meksiko, dan Eropa membuat para eksekutif dan dewan direksi harus meninjau kembali strateginya ke depan. Meskipun ketegangan dengan Tiongkok bisa masih bisa diterima pasar, kata Orszag, kebijakan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan Eropa justru menimbulkan kebingungan.

“Kecuali jika hal ini dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan ke depan, hal ini dapat merusak prospek ekonomi AS dan aktivitas M&A,” ujar Orszag, dikutip Reuters, Selasa (11/3). 

Investor juga mencermati apakah anggota parlemen dapat menyetujui rancangan undang-undang pendanaan guna mencegah penutupan sebagian pemerintah federal. Selain itu, laporan inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu turut menjadi perhatian pasar.  

Ahli Strategi Investasi di Baird, Ross Mayfield, menilai bahwa pemerintahan Trump tampaknya lebih menerima kemungkinan penurunan pasar. Bahkan, menurutnya, mereka mungkin bersedia menghadapi resesi demi mencapai tujuan ekonomi yang lebih besar.

“Saya kira ini adalah peringatan besar bagi Wall Street,” ungkap Mayfield.

Menurut data Federal Reserve Bank of St. Louis, 50% populasi terbawah di AS hanya memiliki sekitar 1% dari total ekuitas perusahaan dan saham reksa dana. Sementara itu, 10% populasi teratas menguasai hingga 87% dari aset tersebut.

Nikkei Jepang Turun Lebih dari 2%

Pasar Asia-Pasifik melemah pada Selasa (11/3), mengikuti aksi jual di Wall Street yang dipicu kekhawatiran terhadap kebijakan tarif dan potensi resesi di AS.  

Melansir CNBC, Jepang mencatat penurunan terbesar di kawasan Asia-Pasifik, dengan indeks Nikkei 225 turun 2,32% dan indeks Topix melemah 2,44%. Saham Fujikura, perusahaan telekomunikasi, anjlok 6,98%, sementara produsen alat berat IHI Corp terperosok 6,71%. 

Di samping itu Produk domestik bruto (PDB) Jepang untuk kuartal keempat tumbuh 2,2% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,8%.  

Kemudian di Hong Kong, indeks Hang Seng dibuka turun 1,57%, dipimpin oleh melemahnya saham Alibaba sebesar 4,98%), Sunny Optical Technology Group terperosok 3,99%), dan Xiaomi Corp terkoreksi 3,78%. Indeks CSI 300 di Cina Daratan juga turun 0,98%.  

Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan turun 1,97%, dengan Kosdaq melemah 1,92%. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 terkoreksi 1,48%, berbalik dari penguatan di sesi sebelumnya.  

Di AS, saham-saham tertekan akibat kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden Donald Trump dapat memicu resesi. Indeks S&P 500 turun 2,7%, sempat menyentuh level terendah sejak September. Nasdaq Composite mengalami sesi terburuk sejak September 2022, turun 4%, sementara Dow Jones Industrial Average melemah 2,08% ke level 41.911,71.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...