Akuisisi Bayangi IPO YUPI, Seperti Apa Prospek dan Dampak ke Harga Saham?


Emiten permen PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) akan menggelar penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek yakni PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas.
Nama besar penjamin emisi di balik IPO YUPI membuat muncul spekulasi apakah saham YUPI akan langsung menembus batas auto reject atas (ARA) pada hari pertama perdagangan. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, mengatakan rekam jejak penjamin pelaksana emisi menjadi faktor penting yang perlu dicermati.
“Pelaku bisa membandingkan anggota bursa (AB) yang membawa IPO sebelumnya secara history seperti apa untuk melihat probabilitas kenaikan di hari pertama,” kata Sukarno kepada Katadata.co.id, seperti dikutip Kamis (13/3).
Adapun sebelumnya Mandiri Sekuritas sempat memboyong dua emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Selain itu, Mandiri Sekuritas dengan kode broker CC itu juga membawa emiten PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Avia Avian Tbk (AVIA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Juga ada beberapa emiten lain seperti PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), dan PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY).
Merujuk data transaksi di BEI, sejauh ini belum ada emiten yang IPO dengan jaminan Mandiri Sekuritas yang berhasil mengunci ARA pada hari pertama pencatatan di BEI. Akankah YUPI mampu memecahkan tren tersebut dan mengakhiri "kutukan" itu?
Proyeksi Harga Saham YUPI setelah IPO
Berdasarkan informasi di laman e-initial public offering (IPO), perusahaan akan melepas 854,44 juta saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Jumlah ini terdiri dari 256,33 juta saham baru atau 3% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO, serta 598,11 juta saham milik PT Sweets Indonesia atau 7%.
Selain itu. perusahaan menetapkan nilai nominal saham Rp 50 per lembar dengan harga penawaran antara Rp 2.100 hingga Rp 2.500 per saham. Total nilai emisi maksimal mencapai Rp 2,13 triliun, terdiri dari Rp 640,83 miliar dari saham baru dan Rp 1,49 triliun dari saham milik PT Sweets Indonesia.
Sukarno mengungkapkan bahwa secara pendapatan, kinerja YUPI turun dalam sembilan bulan pertama 2024, namu laba bersih tetap tumbuh single digit. Saham YUPI ditawarkan di kisaran harga Rp 2.100–Rp 2.500, yang mencerminkan price-to-earnings ratio (PER) 27,8x–33,1x.
Menurutnya, angka ini jauh di atas rata-rata industri sebesar 14,31x, serta price-to-book value (PBV) 4,60x–5,04x dibandingkan rata-rata industri 1,56x sehingga tergolong overvalued. Menurut Sukarno, meski secara valuasi mahal YUPI memiliki rasio return on equity (ROE) yang cukup baik di kisaran 15%–17%.
Sukarno menjelaskan ROE yang dicatatkan YUPI sebanding atau lebih tinggi dari rata-rata industri sebesar 15%. Net profit margin (NPM) YUPI juga mencapai 20%, jauh di atas rata-rata industri 7%.
Selain itu, setelah IPO, YUPI akan memiliki rasio utang yang sangat sehat di kisaran 0,14x–0,15x, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri 0,98x. Di samping itu, Sukarno mengatakan setelah merampungkan IPO, sebanyak 7,69 miliar saham atau 90% saham PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk bakal dijual PT Sweets Indonesia dan Daniel Budiman kepada entitas milik Robin Ong Eng Jin.
“Secara prospek dengan adanya aksi backdoor listing di YUPI akan membuat menjadi menarik,” kata Sukarno.
Adapun calon pengendali baru nanti yaitu akan dikendalikan oleh Robin Ong Eng Jin merupakan seorang profesional investasi asal Singapura. Robin memiliki pengalaman luas dalam manajemen dan kepemimpinan perusahaan dan sempat memiliki saham MPMX.
Robin Ong Eng Jin dan Akuisisi di Balik IPO YUPI
Salah satu hal menarik dari penawaran saham perdana (IPO) PT Yupi Indo Jelly Gum (YUPI) adalah adanya aksi akuisisi setelah IPO berlangsung. Berdasarkan prospektus, setelah IPO, YUPI akan memiliki pemegang kendali baru.
Perubahan ini terjadi karena Robin Ong Eng Jin akan mengakuisisi YUPI melalui PT Confectionery Consumer Products Indonesia (CCPI). Hal ini telah tertuang dalam surat pernyataan tertanggal 24 Februari 2025.
Setelah akuisisi rampung, Robin Ong Eng Jin akan mengendalikan PT CCPI, yang nantinya menjadi pemegang saham pengendali YUPI. Akuisisi ini merupakan bagian dari strategi ekspansi yang lebih luas di sektor makanan ringan di Asia.
“PT CCPI menyatakan Robin Ong Eng Jin sebagai pemilik manfaat dari PT CCPI berdasarkan Peraturan Presiden No. 13/2018,” tulis prospektus IPO yang dikutip Jumat (7/3).
Akuisisi ini dilakukan dengan skema yang memungkinkan PT CCPI mengambil alih mayoritas saham YUPI setelah IPO. Setelah transaksi selesai, PT CCPI akan memiliki 90% saham YUPI, sedangkan 10% sisanya tetap dimiliki oleh masyarakat.
Prospektus juga menjelaskan bahwa PT CCPI adalah perusahaan yang secara tidak langsung dimiliki oleh Confectionery Products (Holdings) Limited (CPHL), berbasis di Kepulauan Cayman. CPHL sendiri didukung oleh Affinity Asia Pacific Fund V L.P. dan Affinity Asia Pacific Fund V (No. 2) L.P., yang merupakan investor institusional di sektor konsumsi.
Sebagai bagian dari kesepakatan, PT CCPI tidak akan menjual sahamnya di YUPI selama 12 bulan setelah IPO. Kebijakan ini bertujuan menjaga stabilitas kepemilikan dan memberi kepercayaan kepada investor baru.
Siapa Robin Ong Eng Jin?
Robin Ong Eng Jin bukan sosok baru di dunia investasi. Berdasarkan penelusuran Katadata.co.id, saat ini ia menjabat sebagai direktur di beberapa perusahaan investasi yang berbasis di Malta, seperti Capital Strength Limited, Clarity Investment Limited, dan Connect Improvement Limited.
Robin juga memegang jabatan di Centurion Resources Investment Limited dan Centennial Investment Limited bersama rekan bisnisnya, Tracy Ang Pei Fang.
Sebagai profesional investasi asal Singapura, Robin memiliki pengalaman luas di bidang manajemen dan kepemimpinan perusahaan. Ia juga tercatat sebagai direktur di Concordant Investments Pte. Ltd., perusahaan investasi berbasis di Singapura.
Tak hanya itu, Robin juga berperan di Affinity Equity Partners, perusahaan modal ventura dan ekuitas swasta berbasis di Hong Kong. Perusahaan ini terafiliasi dengan Affinity Asia Pacific Fund V L.P., yang mengelola aset hingga US$14 miliar.
Dalam mengelola YUPI, Robin Ong Eng Jin berperan melalui CPHL dan Affinity Asia Pacific Fund V L.P. Berdasarkan memorandum tanggal 4 Maret 2025 dari Walkers Limited Liability Partnership di Singapura, Affinity dan CPHL didirikan secara sah di Kepulauan Cayman. Dokumen itu juga menegaskan bahwa Affinity tidak sedang terlibat dalam perkara hukum.
Selain itu, seluruh limited partners dari Affinity Funds adalah investor pasif. Mereka tidak terlibat dalam manajemen atau pengendalian Affinity Funds.
“Ong Eng Jin memiliki kewenangan untuk mengelola bisnis CPHL dan dapat melaksanakan segala keputusan strategis terkait anak perusahaannya,” demikian tertulis dalam dokumen tersebut.