Wall Street Menghijau, Kepanikan Pasar Karena Kebijakan Tarif Trump Mereda

Ringkasan
- Waskita Karya mengalami kerugian Rp 2,15 triliun pada semester pertama 2024, meningkat dari kerugian sebelumnya sebesar Rp 2,07 triliun.
- Penurunan pendapatan sebesar 15,19% menjadi Rp 4,47 triliun menjadi salah satu penyebab kerugian tersebut, terutama dari sektor jasa konstruksi yang turun 28,17%.
- Liabilitas Waskita Karya menurun 2,35% menjadi Rp 82,01 miliar, sementara ekuitas terkikis 21,69% menjadi Rp 9,08 triliun.

Indeks saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) menguat pada Jumat (14/3) setelah anjlok signifikan selama sepekan. Hal ini sejalan investor yang merasa lebih tenang karena tidak ada berita baru dari Gedung Putih soal kebijakan tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump.
Indeks Dow Jones naik 674,62 poin atau 1,65% ke 41.488,19, S&P 500 melonjak 2,13% ke 5.638,94, hingga Nasdaq naik 2,61% ke 17.754,09. Adapun kenaikan S&P 500 dan Nasdaq merupakan yang terbesar di tahun 2025.
Saham teknologi yang sebelumnya melemah kembali menguat. Saham Nvidia naik lebih dari 5%, Tesla hampir 4%, dan Meta Platforms hampir 3%. Saham Amazon dan Apple juga terkerek.
Kenaikan ini terjadi setelah investor kembali membeli saham yang sempat anjlok pada Kamis (13/3). Saat itu, S&P 500 terkoreksi lebih dari 10% dari rekor tertingginya. Sementara Nasdaq dan saham-saham perusahaan kecil di Russell 2000 juga ikut tertekan hingga terperosok 20% dari level tertingginya.
Investor merasa kenaikan pasar pada Jumat menjadi momen penting setelah pasar tertekan selama tiga minggu. Hal itu gara-gara kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang terus menambah ketidakpastian dan gejolak di pasar.
Namun, reli tersebut belum cukup untuk mencegah kerugian mingguan di tiga indeks utama. Penurunan Dow Jones sekitar 3,1%, menjadi yang terburuk sejak Maret 2023. S&P 500 dan Nasdaq juga turun lebih dari 2%, mencatatkan penurunan mingguan keempat berturut-turut.
Kemudian sentimen pasar mendapat sedikit dorongan setelah Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer, mengatakan ia tidak akan menghalangi RUU pendanaan pemerintah yang diajukan Partai Republik.
Di sisi lain, data dari University of Michigan menunjukkan kepercayaan konsumen terus melemah akibat ketidakpastian terkait tarif Trump. Sentimen konsumen turun pada Maret ke level 57,9, lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memproyeksikan 63,2, yang menjadi salah satu faktor penekan pasar dalam beberapa minggu terakhir.
Manajer portofolio di Globalt Investments, Thomas Martin, mengatakan sentimen konsumen melemah, ekspektasi inflasi meningkat, dan imbal hasil Treasury 10 tahun naik. "Secara logika, pasar seharusnya turun," ujarnya, dikutip CNBC, Senin (17/3).
Oleh karena itu, banyak investor mengamati apakah reli pasar ini benar-benar kuat dan berkelanjutan. Sementara itu, pelaku pasar tengah bersiap menghadapi pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan. Berdasarkan alat FedWatch CME, ada kemungkinan 97% bahwa suku bunga akan tetap stabil.
Martin mengatakan, investor ingin melihat suku bunga tidak naik. Karena jika itu terjadi, bisa menjadi tanda bahwa The Fed mulai kehilangan kendali. "Jika The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga tetapi justru suku bunga naik, itu menunjukkan kurangnya kepercayaan pasar," kata Martin.