BEI Singgung Dampak Kenaikan Tarif Impor AS: Tidak Semua Emiten Kena

Nur Hana Putri Nabila
3 April 2025, 17:00
bei, impor, emiten
Katadata/Fauza Syahputra
Direktur Pengembangan PT BEI, Jeffrey Hendrik menyampaikan paparan saat Konferensi Pers Dialog Bersama Pelaku Pasar
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengumumkan kenaikan tarif impor untuk hampir semua negara, termasuk Indonesia.  Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 32%.

 Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan pentingnya bagi investor untuk secara cermat menganalisis dampak kebijakan Trump terhadap fundamental ekonomi dan kinerja saham. 

Menurutnya, para ekonom dan analis dapat menilai secara objektif sejauh mana pengaruh kebijakan tersebut, termasuk proporsi perdagangan Indonesia-AS terhadap PDB nasional.

“Tidak semua emiten terdampak secara signifikan dari kebijakan ini,” kata Jeffrey ketika dihubungi Katadata.co.id, Kamis (3/4).

 IHSG Diprediksi Anjlok

 Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diprediksi anjlok usai pada perdagangan saham Selasa (8/4) mendatang. Hal ini karena sejumlah faktor, salah satunya kebijakan tarif impor sebesar 32% yang diberlakukan Amerika Serikat kepada Indonesia.

Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning Kwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, memperkirakan IHSG cenderung melemah dalam kisaran support 6.278 dan resistance 6.635, meskipun sebelum libur bursa sempat menunjukkan tren penguatan.

Sebelumnya IHSG ditutup naik 0,59% ke level 6.510 pada perdagangan Kamis (27/3). Indeks saham bahkan sempat menyentuh level 6.510 pada perdagangan siang. 

Audi mengatakan, pasar diperkirakan akan cenderung melemah karena beberapa faktor. Pertama, depresiasi rupiah yang kembali berlanjut, bahkan sempat menyentuh level Rp16.740 per dolar AS.

Kedua, tarif impor sebesar 32% yang diberlakukan oleh Amerika Serikat diperkirakan akan memberikan dampak signifikan, terutama pada sektor non-migas, seperti tekstil dan produk tekstil, serta manufaktur alas kaki.

Hal ini dapat mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar global dan menurunkan surplus perdagangan Indonesia.  Pada 2024, surplus perdagangan diperkirakan mencapai US$31,04 miliar, turun 18,84% dibandingkan tahun sebelumnya, yang merupakan surplus terendah dalam empat tahun terakhir.


 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan