Alasan BEI Ubah Batas Trading Halt jadi 8%, Analis Harap Bisa Jaga Likuiditas

Nur Hana Putri Nabila
8 April 2025, 14:21
BEI
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (14/6/2019).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia atau BEI menaikkan batas penghentian perdagangan sementara atau trading halt Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari sebelumnya 5% menjadi 8%. BEI juga menaikkan ambang batas penurunan IHSG untuk pemberlakuan penghentian perdagangan hingga akhir sesi atau trading suspend dari sebelumnya 15% menjadi 20%. 

Trading halt adalah pembekuan sementara perdagangan dengan kondisi seluruh pesanan yang belum teralokasi (open order) akan tetap berada dalam sistem perdagangan efek otomatis JATS. Selama pembekuan, pesanan yang sudah berjalan dapat ditarik oleh Anggota Bursa. 

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan penetapan batas trading halt naik menjadi 8% dilakukan untuk memberikan ruang likuiditas yang memadai bagi investor. Selain itu, keputusan tersebut juga mempertimbangkan praktik yang diterapkan oleh sejumlah bursa global di kawasan regional sebagai tolok ukur.

Sementara itu, mengenai batas Auto Rejection Bawah (ARB) sebesar 15%, Jeffrey menilai bahwa tujuannya tetap sama, yaitu menjaga agar ruang likuiditas tetap terbuka lebar. Menurutnya, jika batas tersebut dipersempit menjadi 5% atau 7%, justru akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor karena merasa ruang geraknya terbatas. 

“Kami harapkan pasarnya bisa merespons secara baik,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/4). 

Bagaimana Kata Analis?

Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas, Muhammad Thoriq Fadilla, menilai langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) menaikkan batas trading halt menjadi 8% merupakan bentuk antisipasi terhadap potensi lonjakan volatilitas pasar. 

Menurut Thoriq, perubahan batas atas dinilai memberi waktu bagi pelaku pasar untuk mencermati informasi dan meredakan gejolak emosi sebelum terjadi panic selling. Meski terlihat cukup mendadak, ia menyebut keputusan ini bisa dipahami sebagai respons atas tekanan global yang meningkat. 

“Dengan batas penurunan harian yang diperlebar, BEI memberikan ruang bagi IHSG untuk bergerak lebih natural, namun tetap dalam kontrol, agar ketika rebound terjadi, pasar memiliki cukup waktu dan ruang untuk pulih,” kata Thoriq ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (8/4).  

Dari sisi teknikal, Thoriq memproyeksikan IHSG saat ini bergerak di kisaran zona support 5.883–5.967. Apabila tekanan pasar tak mereda, IHSG berpotensi turun hingga level 5.738, yang diperkirakan menjadi titik kuat permintaan dan bisa memicu rebound secara teknikal. 

Meski begitu, apabila tidak ada dukungan dari sisi kebijakan pemerintah maupun keberhasilan diplomasi dalam meredam isu tarif oleh Presiden AS Donald Trump, tren penurunan masih bisa berlanjut. Ia menyebut sentimen pasar ke depan akan sangat tergantung pada kejelasan arah kebijakan dan langkah-langkah negosiasi yang diambil dalam waktu dekat.

Sementara itu, analis sekaligus Head of Literation Kiwoom Sekuritas, Octavianus Audi, menilai tekanan jual besar-besaran yang terjadi pascalibur Lebaran sesuai dengan ekspektasi, mengingat adanya jeda sentimen selama penutupan bursa. Kondisi ini menyebabkan koreksi tajam IHSG hingga mencapai level trading halt lebih dari 8%. 

Menurut Audi, langkah regulator untuk menetapkan batas Auto Rejection Bawah (ARB) secara seragam di 15% dan memperlebar ambang trading halt IHSG menjadi 8% merupakan upaya untuk menahan laju penurunan tajam di pasar. Namun, ia menegaskan kebijakan ini bersifat sementara karena tekanan utama berasal dari faktor makroekonomi global dan kekhawatiran atas kebijakan tarif dari mantan Presiden AS, Donald Trump.

Audi menilai pentingnya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, memastikan laju pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas 5%, serta merumuskan langkah praktis untuk mempertahankan surplus neraca perdagangan Indonesia. 

“Hal itu dengan asumsi ditopang perubahan auto reject bawah menjadi 15% untuk seluruh fraksi,” kata Audi ketika dihubungi Katadata.co.id.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan