Wijaya Karya (WIKA) Gagal Bayar Utang, Pefindo Kembali Turunkan Rating 

Nur Hana Putri Nabila
15 April 2025, 16:05
Sejumlah kendaraan melintas di ruas tol Serang-Rangkasbitung, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (15/4/2023).
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/aww.
Sejumlah kendaraan melintas di ruas tol Serang-Rangkasbitung, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (15/4/2023).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Turunnya peringkat WIKA karena gagal bayar pembayaran pokok surat utang.

Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 2 Pefindo, Yogie Surya Perdana, mengatakan hingga 11 April 2025, Pefindo telah melakukan dua kali penurunan peringkat terhadap BUMN konstruksi itu.

Peringkat WIKA diturunkan dari BB-Credit Watch Negative (CWN) menjadi CCC dengan status Credit Watch with Negative (CWN), seiring dengan terjadinya gagal bayar atas pokok surat utang yang diterbitkan perusahaan.

“Peringkatnya kami kembali koreksi atau kami revisi dari sebelumnya CCC, menjadi selektif default atau gagal bayar, ya,” kata Yogie dalam Press Conference Pefindo secara virtual, Selasa (15/4).

Selain itu, Yogie menyampaikan Pefindo juga menaikkan peringkat terhadap PT PP Properti Tbk (PPRO). Sebelumnya, perusahaan berada dalam status selective default (SD), namun kini peringkatnya dinaikkan menjadi CCC dengan outlook stabil.

Ia mengatakan peningkatan ini dilakukan setelah tercapainya homologasi antara PP Properti dan seluruh kreditur dalam proses PKPU, baik untuk surat utang maupun kewajiban korporasi secara keseluruhan.

Di sisi lain, saham WIKA kini tengah dihentikan perdagangan sahamnya atau disuspensi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sahamnnya bertengger pada Rp 204 per lembar saham dengan kapitalisasi pasarnya sebesar Rp 8,13 triliun.

Total Emisi Surat Utang Capai Rp 46,75 Triliun

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan refinancing, Pefindo mengumumkan penerbitan surat utang korporasi melonjak hingga 77% pada kuartal pertama 2025.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, mengungkapkan bahwa total emisi surat utang hingga akhir Maret mencapai Rp 46,75 triliun dari Rp 26,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Menurutnya, lonjakan ini menunjukkan respons aktif dari korporasi dalam mengantisipasi jatuh tempo obligasi yang diperkirakan mencapai Rp 161,21 triliun sepanjang 2025. Ia juga menyebut sebagian besar surat utang yang jatuh tempo tahun ini merupakan hasil penerbitan bertenor pendek pada tahun lalu dan kemungkinan besar akan dilakukan refinancing.

“Hal itu sejalan dengan strategi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian dan juga suku bunga tinggi,” kata dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan